PEMBINAAN KETERAMPILAN MENULIS AL-QUR’AN BAGI ANAK USIA SEKOLAH DI DESA PAKUAN KECAMATAN NARMADA KABUPATEN LOMBOK BARAT

Abstract

Pendidikan budi pekerti (akhlak) merupakan bagian penting dari komponen pendidikan yang terus dituntut peningkatan intensitas dan kualitasnya oleh sebagian besar masyarakat dari lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut muncul karena dilatarbelakangi oleh dua kondisi, yaitu: pertama, bangsa Indonesia saat ini sepertinya telah kehilangan karakter yang telah dibangun berabad-abad. Keramahan, tenggang rasa, kesopanan, rendah hati, tolong menolong, solidaritas sosial dan sebagainya yang merupakan jati diri bangsa seolah-olah hilang begitu saja. Kedua, kondisi lingkungan sosial yang belakangan ini banyak diwarnai oleh tindakan anarkis, perkelahian, hilangnya keteladanan pemimpin dan sebagainya. Program desa binaan ini difokuskan pada pembinaan keterampilan menulis Al-Qur’an (Imla’) bagi anak-anak usia sekolah. Keterampilan menulis Al-Qur’an ini dirahakan pada bagaimana menulis surat-surat pendek dalam Al-Qur’an sesuai dengan kaidah penulisan Bahasa Arab yang baik dan benar. Program ini memiliki keberlanjutan dengan program-program TPQ yang terdapat di desa Pakuan Narmada. Desa Pakuan Kecamatan Narmada secara geografis merupakan salah satu desa yang terletak di bawah hutan Sesaot, hutan Sesaot dijadikan sumber mata pencaharian oleh masyarakat setempat, sehingga sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai tukang kebun (hutan). Realitas masyarakat seperti ini (disamping tidak adanya madrasah di desa tersebut) yang menuntut untuk dibukanya TPQ bagi calon generasi mereka. Berdasarkan fakta empiris dan evaluasi yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa keterampilan menulis Al-Quran bagi anak didik di Desa Pakuan Kecamatan Narmada masih berada pada kategori cukup. Kategori cukup ini diberikan dengan berbagai pertimbangan di antaranya dari hasil evaluasi baik tulisan maupun pelafalan, di samping itu juga kategori tersebut didasarkan atas berbagai hasil observasi dalam proses-proses pembinaan. Anak didik telah memiliki kemampuan secara teknis tentang bagaimana menulis hurufhuruf hijaiyah yang baik dan benar sesuai dengan kaidah penulisannya secara mandiri. Namun anak didik masih merasa kesulitan dalam menulis huruf-huruf tersebut dalam bentuk sambung, karena huruf-huruf arab akan mengalami perubahan bentuk penulisan tatkala berada pada posisi yang berbeda. Problem tersebut dialami ketika anak didik diminta untuk menulis berdasarkan apa yang didengar (imla), namun ketika anak didik menulis dengan cara menyalin (menukil) mereka tidak mengalami hambatan yang berarti kendati mereka belum terbiasa dengan menulis Arab.