Strategi Pengembangan Pendidikan Wilayah Perbatasan (Studi Kasus pada Madrasah Ibtidaiyah Tapal Batas Sebatik dan Nunukan)

Abstract

Penelitian ini hadir dalam rangka untuk memotret progress pendidikan serta upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat setempat dalam mengembangkan pendidikan di perbatasan dengan berbagai kompleksitasnya. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field work research) yang mengambil fokus penelitian pada sekolah-sekolah di wilayah perbatasan Kalimantan Timur, yang memfokuskan penggalian datanya pada strategi sekolah dalam melakukan pengembangan, strategi membangun kemitraan, pola pendidikannya serta faktor-faktor yang menjadi kendala. Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan 3 teknik, yakni observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul selanjutnya penulis menganalisis data dengan menggunakan model analisis interaktif Milles and Hubberman dengan alur: reduksi data, display data dan data conclutions. Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat mernaik kesimpulan sebagai berikut: Strategi yang dikembangkan yaitu boarding school. Model penyelenggaraan pendidikan di sekolah tersebut telah memadukan dua kategori yakni sekolah formal dengan asrama. Strategi sekolah dalam membangun kemitraan yakni dengan mengembangkan 4 hal, yaitu: relevansi yaitu, bahwa pendidikan yang diselenggarakan dapat menjawab kebutuhan masyarakat terhadap bentukan siswa ketika mereka bersekolah baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Kualitas yaitu sekolah dapat menghadirkan model penyelenggarakan pendidikan yang dapat merubah anak didik menjadi lebih baik, dalam konteks pendidikan perbatasan pemberdayaan anak dengan ragam keilmuan serta menumbuhkan rasa cinta tanah air. Otonomi kelembagaan yaitu sekolah menjadi dapat menjadi pelopor kepedulian terhadap nasib dan masa depan anak-anak perbatasan untuk memperoleh pendidikan yang layak dan bermutu. Pola pendidikan yang diterapkan antara lain: pendidikan boarding school, pendikan wawasan kebangsaan, dan kegiatan ekstrakurikuler. Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam mengembangkan sekolah yaitu faktor geografis, minimnya tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional, ketersedian sapras yang kurang memadai, dekadensi cinta tanah air, problem religiusitas serta minimya dukungan dari pemerintah pusat dan daerah.