Iptek Bagi Masyarakat: Pengrajin Sangkar Burung di Desa Karanganyar Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek

Abstract

Kecamatan Gandusari, kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, sejak lama terkenal sebagai pusat produksi barang-barang kerajinan berbahan dasar bambu. Dusun Nglaban, Desa Karanganyar, dikenal sebagai penghasil sangkar burung dan ayam. Harga sangkar burung dengan kualitas biasa adalah Rp 10.000, yang halus Rp 15.000. Untuk sangkar ayam mulai dari Rp 15.000 – Rp 25.000, tergantung dari kualitasnya. Saat ini harga bahan baku maupun produk hasil sudah berkembang sekitar 300% dan muncul pengrajin-pengrajin sangkar burung khusus untuk burung berkicau. Sangkar jenis ini biasanya memiliki nilai seni sehingga tingkat kerumitan pembuatannya lebih tinggi. Harganya bisa mencapai 5 kali harga sangkar burung biasa. Peluang inilah yang dibidik mitra IbM. Sebagaimana umumnya usaha mikro, kecil dan menengah, mitra IbM tidak memiliki sistem manajemen usaha sama sekali. Mereka mendasarkan usahanya pada pola kebutuhan keluarga dan menggabungkan keuangan usaha dengan keuangan usaha tanpa sistem pencatatan. Target kegiatan yang diajukan untuk membantu permasalahan mitra adalah konsultasi usaha untuk mengembangkan sistem menejemen dasar, bantuan peralatan tepat guna, dan pengembangan sistem pemasaran. Dengan kegiatan ini diharapkan kedua mitra bisa merintis terbentuknya kelompok pengrajin ruji dupa dan sangkar burung yang khas. Dalam masa 3 bulan pelaksanaan kegiatan, produk teknologi tepat guna sudah bisa berfungsi sempurna. Kapasitas produksi meningkat pesat dari semula rata-rata 1000 batang diselesaikan dalam sehari (8 jam kerja) menjadi hanya satu jam saja. Peningkatan kapasitas produksi ini masih terserap pangsa pasar sepenuhnya. Hal ini menunjukkan adanya ketersediaan pangsa pasar yang cukup tinggi untuk diraih. Kendala utama yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan adalah pada 1) aspek peralatan tepat guna yang memerlukan modifikasi desain, penyesuaian pola kerja dan ukuran bahan baku terhadap kondisi kerja mesin; pelatihan dan pembiasaan operator terhadap sistem kerja mesin; serta pelatihan metode perawatan mesin, 2) keengganan mitra untuk memulai sistem manajemen sederhana, 3) keengganan mitra untuk mengembangkan metode pemasaran. Kendala pertama telah bisa diatasi dengan baik, sementara kendala kedua dan ketiga sedang diupayakan penanganannya.