TAFSIR ALIF LĀM MĪM KYAI SHALIH DARAT

Abstract

Alif lām mīm (الم ) merupakan fawātiḥ As-suwar berupa al-aḥruf al-muqaṭṭa’ah yang diperdebatkan oleh para mufasir. Mayoritas mufasir tidak menafsirkan lafadz tersebut, kecuali dengan kata wallahu ‘alam. Meski begitu tetap ada sebagian mufasir yang berupaya mentakwilkannya, sepertihalnya Ar-raziy dan Ibnu ‘Arabi. Upaya itu juga berlaku di Nusantara sebagaimana yang dilakukan oleh Kyai Shalih Darat dalam tafsirnya Faiḍ Al-rahmān fi Tarjamah al-Kalām al-Mālik Al-Daiyyān. Hasil kajian menunjukkan bahwa dalam menafsirkan lafadz alif lām mīm, Kyai Shalih Darat banyak dipengaruhi oleh pemikiran Ibnu Arabi dan al-Razī, sehingga menafsirkan ayat tersebut dalam dua versi. Pertama, alif mengisyaratkan wujud pertama (al-wujud al-awwual) yaitu Allah, lām mengisyaratkan wujud tengah (al-wujud al-mutawassiṭ) yaitu Jibril, sedangkan mīm mengisyaratkan wujud terakhir, yaitu Muhammamad. Versi kedua, alif mengisyaratkan ilmu syari’at, lām mengisyaratkan ilmu thariqah dan mīm menginyaratkan ilmu hakikat.<br />Kata kunci: Alif-lam-mim, Kyai Shalih Darat, Tafsir Faiḍ Al-Rahmān