TRADISI MEMAOS SEBAGAI MEDIA EDUKATIF UNTUK MEMBANGUN JIWA RELIGIUS GENERASI MUDA
Abstract
Keragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan sebuah daya tarik tersendiri yang membedakannya dengan negara lain. Hal ini merupakan warisan turun temurun dari para leluhur yang memiliki begitu banyak nilai-nilai di dalamnya. Keragaman budaya yang ada di Indonesia telah melahirkan pula keragaman wujud-wujud kebudayaan. Diantaranya adalah adat istiadat, upacara-upacara adat dan juga tradisi yang masih tetap dilestarikan oleh etnik-etnik di Indonesia. Setiap tradisi di Indonesia memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, terutama nilai religius. Demikian pula dengan masyarakat sasak yang dikenal sebagai masyarakat yang dari segi etnis yang cukup beragam memiliki beraneka ragam tradisi yang bila dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan maka akan sangat berguna untuk dijadikan sebagai alat untuk melestarikan serta mentransper hal-hal baik maupun nilai religius kepada generasi muda. Sebagai contoh yakni tradisi memaos atau membaca naskah lontar yang bisa dilakukan oleh beberapa orang pada suku sasak Lombok. Mengingat suku sasak mayoritas beragama Islam maka tradisi Memaos atau membaca lontar ini dilakukan pada acara-acara tertentu, biasanya pada hari-hari besar Islam. Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana sejarah latar belakang munculnya tradisi Memaos pada suku Sasak Lombok? Bagaimana aspek pendidikan religius pada tradisi Memaos pada masyarakat suku Sasak Lombok, terutama ketika ia digunakan sebagai alat untuk mewariskan nilai religius bagi generasi muda? Itulah beberapa persoalan yang coba diuraikan dalam tulisan ini. Dan hasilnya menunjukkan bahwa memaos muncul seiring dengan masuknya agama Islam di pulau Lombok dan Memaos mampu menjadi instrument dalam mewariskan nilai-nilai religius serta sebagai media aktualisasi penghayatan nilai-nilai keislaman.