UPACARA MAMAPAS LEWU PADA MASYARAKAT HINDU KAHARINGAN DI DESA PETAK BAHANDANG KECAMATAN TASIK PAYAWAN KABUPATEN KATINGAN

Abstract

Upacara Mamapas Lewu akibat perzinahan adalah merupakan bagian dari sikap dan tingkah laku baik dalam pelaksanaan upacara  menetralisirkan segala hal-hal yang tidak baik, malapetaka, marabahaya bagi kehidupan manusia serta memohon berkat perlindungan dan anugrah dari Ranying Hatalla Langit (Tuhan Yang Maha Esa) agar dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat desa mendapatkan kesejahteraan, kedamaian dan keselamatan yang melibatkan masyarakat sekitarnya. Kegiatan tersebut merupakan  sesuatu yang selalu dilakukan oleh masyarakat Hindu Kaharingan bahkan masyarakat secara umum juga meyakini ajaran tersebut, karena ingin mendapatkan keselamatan. Dengan dilakukan upacara Mamapas Lewu akibat perzinahan sebagai salah satu upacara untuk menetralisir atau menghapuskan segala hal peristiwa yang terjadi pada kehidupan manusia yang didasari dengan simbol, mitos dan ritus. Tatacara upacara mamapas lewu akibat perzinahan adalah diawali dengan mempersiapkan sarana dan prasarana upacara, setelah beberapa sarana tersebut telah dipersiapkan, maka seluruh keluarga dan masyarakat yang melaksanakan upacara tersebut bersama-sama mendirikan Pasah Pali tersebut di Pinggir Sungai. Hal itu dilakukan secara bergotong royong (habaring hurung) bersama masyarakat sekitarnya. Setelah itu baru  upacara mamapas lewu akibat perzinahan dilaksanakan mulai dari pisor melaksanakan duduk menawur (Hataburan Bulau Urai) menuju Ganan Pali dengan mempersembahkan sesajen agar tidak mengganggu lagi. Fungsi upacara mamapas lewu akibat perzinahan adalah mempunyai fungsi yang bertujuan untuk menciptakan keseimbangan, keharmonisan dan keselamatan dunia. Makna upacara mamapas lewu akibat perzinahan pada hakikatnya adalah sebagai perwujudan simbol-simbol ketuhanan yang mempunyai makna yang tinggi dalam hal manusia memuja kebesaran Tuhan beserta semua manifestasinya, karena segala yang akan terjadi di karenakan atas kehendak Ranying Hatalla (Tuhan Yang Maha Esa). Makna tersebut dapat ditinjau dari makna sasajen dan ritualnya.