TRADISI KULINER MASYARAKAT MINANGKABAU: Aneka Makanan Khas Dalam Upacara Adat dan Keagamaan Masyarakat Padang Pariaman
Abstract
Minangkabau daerah yang kaya dengan aneka kuliner terkenal kelezatannya. Di setiap daerahnya juga memiliki tradisi yang berbeda dalam menyajikan kuliner tersebut sehingga terbentuk sebuah tradisi tersendiri dalam masyarakat. Padang Pariaman bagian dari daerah rantau Minangkabau memiliki aneka ragam kuliner (makanan) khas yang menjadi budaya masyarakatnya. Ada makanan khas yang dibuat dalam upacara adat dan ada juga dalam upacara keagamaan masyarakat. Keberadaan makanan tersebut dianggap penting dalam upacara tersebut, karena apabila dalam pelaksanaan upacara tersebut tidak membuat makanan tradisi yang biasa dilakukan, maka pelaksanaan upacara dianggap kurang lengkap. Umumnya makanan khas tersebut berbahan dasar beras ketan (pulut) dan santan kelapa, karena Padang Pariaman dikenal dengan sebagai daerah penghasil kelapa yang kental santannya. Diantara makanan yang dihidangkan dalam upacara dalam pelaksanaan tradisi adat seperti rendang, lapek bugis, juadah. Makanan tersebut disajikan dalam upacara perkawinan, batagak penghulu dan batagak rumah. Sedangkan dalam upacara keagamaan, makanan yang disajikan adalah lemang dan sambareh. Penyajian kedua jenis makanan ini menjadi tradisi bagi masyarakat Padang Pariaman. Munculnya tradisi ini seiring dengan penyebaran agama Islam di Minangkabau yang dikembangkan oleh Syekh Burhanuddin. Makanan lemang disajikan dalam upacara maulid nabi setiap bulan Rabiul Awal dan bulan Sya’ban dalam rangka menyambut bulan Ramadhan, bahkan nama bulan sya’ban bagi masyarakat Padang Pariaman lebih dikenal dengan istilah bulan lamang. Demikian juga halnya dengan makanan sambareh disajikan setiap bulan Rajab sehingga bulan ini dikenal dengan sebutan bulan Sambareh.