Eksistensi sebuah tradisi Tabut dalam Masyarakat Bengkulu

Abstract

Artikel ini membahas tradisi Tabut di Bengkulu yang merupakan tradisi yang lahir dari peristiwa Karbala hingga saat ini budaya Tabut masih berlangsung dan mendispora, sampai saat ini tradisi ini masih eksis dizaman yang serba bisa ini. Tradisi ini untuk memperingati gugurnya Hasan Husen cucu Nabi Muhammad Saw dalam peperangan di padang Karbala pada tahun 61 Hijriah. Proses ritual dan sesaji serta adanya perlengkapan-perlengkapan music dan kelengkapan Tabut. Pelaksanaan ritual Tabut yaitu dai awal mengambik tanah, duduk penja, menjara, merandai, arak penja, arak sorban, gam, arak gendang dan Tabut terbuang. Pada acara Tabut yang sudah sudah menjadi agenda tahunan di Bengkulu dan menjadi festival budaya. Tradisi Tabut menjadi aset bagi Bengkulu sebagai daerah pariwisata yang menunjang kemajuan dibidang pariwisata dan mampu memperkenalkan kepada dunia internasional. Dalam bertahnnya tradisi Tabut ditunjang dari berbagai factor yang membuat Tabut bisa bertahan, diantaranya : keluraga Tabut, pemerintah, motif ekonomi, hiburan bagi masyarakat. Makna Tabut menghargai para leluhur, menyambut tahun baru Islam, mengenang kepahlawanan para pemimpin Islam dalam menegakkan kebenaran dari berbagai proses yang diawali dari ngambik tanah ampai Tabut terbuang yang dimaknai untuk menginggatkan kepada manusia bahwa tidak boleh sombong karena manusia semua berasal dari tanah dan akan kemali ketanah.