Nu Dan Kontinuitas Dakwah Kultural

Abstract

Dakwah Islam yang disebarkan oleh para walisongo mendapat respon positif dari masyarakat, hal tersebut karena para wali dalam dakwahnya senantiasa mempergunakan pendekatan kultural tidak struktural, mereka mampu menampilkan Islam yang sejuk, akomodatif terhadap kebudayaan lokal dengan tanpa mengorbankan nilai-nilai prinsip Islam sehingga dalam waktu yang relatif singkat banyak diantara mereka yang berbondong-bondong berpindah agama dari agama nenek moyang mereka yaitu Hindu dan Budha ke agama Islam. Pola dakwah walisongo ini secara berkesinambungan (continuity) diwarisi dan dikembangkan oleh mayoritas ulama di Nusantara termasuk para ulama Nahdlatul Ulama. Dalam pembumian ajaran Islam Nahdlatul Ulama bertumpu pada empat sikap dasar yaitu tawassut (moderat), tawazun dan ta’adul (keseimbangan), tasamuh (toleran), dan amar makruf nahi mungkar. Keempat sikap dasar tersebut sering mengemuka dalam interaksi sosial budaya dan sosial politik. Dengan keempat sikap dasar tersebut NU mampu mengadaptasi tradisi lokal dan memasukkan nilai-nilai Islam di dalamnya. Akulturasi Islam dan budaya lokal melahirkan budaya baru (Islam). Budaya baru tersebut menjadi sumbangsih NU kepada budaya Nasional. Kata Kunci: Nahdlatul Ulama, Tradisi, Dakwah