KOMPETENSI KESUSASTRAAN GURU BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI WILAYAH TANGERANG SELATAN
Abstract
<p>Kompetensi kesusastraan kini tengah dikritisi oleh berbagai pihak yang memperhatikan lemahnya pembelajaran sastra di sekolah, khususnya sekolah menengah. Untuk itu penelitian dengan sasaran atau responden guru bahasa dan sastra Indonesia sekolah menengah di wilayah Kotamadya Tangerang Selatan dilaksanakan. Tulisan dengan metode deksriptif-analisis ini mendeskripsikan kompetensi yang mencakup memahami pengetahuan sastra, keberminatan dan pengalaman sastra serta keikutsertaan dalam perkembangan sastra. Data yang diperoleh dianalisis serta dikomparasikan dengan standar kompetensi kesusastraan yang ideal. Sehubungan itu intrumen yang digunakan untuk tulisan ini yaitu angket atau kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru bahasa dan sastra Indonesia di wilayah Kotamadya Selatan berdasarkan kompetensi kesusastraan masih jauh dari kriteria guru bahasa dan sastra Indonesia ideal. Untuk itu perlunya upaya meningkatkan kompetensi guru bahasa dan sastra Indonesia khususnya berkenaan dengan kesastraan.</p><p> </p><p>Literary competence is now criticized by the experts who pay attention on the weakness of the literature teaching-learning at schools, especially secondary schools. Therefore, this research focusing on the Indonesian language and literature teacher in secondary schools in the Municipality of Tangerang Selatan was conducted. Ths is a descriptive analysis research which explains the competencies including understanding literary knowledge, students’ literary interest and experience, and participation in developing literary activities. The data of this researchs were analyzed and compared to the ideal literary competence standards. The instrument of this research was questionnaire. The results of this research show that based on the literary competence, the Indonesian language and literature teachers in the municipality of Tangerang Selatan do not meet required standards as an ideal teacher. Therefore, it is proposed that some efforts to improve the competency of Indonesian language and literature teachers in the literature understanding and implementing on the teaching-learning process are necessary.</p>