MENGKRITISI KONSEP ISLAMISASI ILMU ISMAIL RAJI AL-FARUQI: Telaah Pemikiran Ziauddin Sardar

Abstract

Kajian ini dilatarbelakangi oleh karena adanya khazanah pemikiran keislaman, yaitu isuIslamisasi ilmu yang merupakan salah satu isu yang selalu menarik diperbincangkan beberapadekade ini. Hal ini terjadi karena ada berbagai pandangan dan penafsiran tentang Islamisasiilmu. Konsep ilm meniscayakan umat Islam untuk memahami realitas secara utuh. Hal ini telah dilakukan oleh sarjana dan intelektual Muslim klasik, seperti al-Kindi, al-Farabi, al-Ghazali, Ibnu Rusyd dan sarjana klasik lainnya. Akan tetapi, sarjana Muslim kontemporer tampak mengesampingkan peranan epistemologi ini. Sehingga yang terjadi kemudian adalah justru Islam kehilangan jati diri sebagai kekuatan yang punya orientasi epistemologis yang sebenarnya sudah mapan di era klasik. Konsep Islamisasi ilmu populer di tangan al-Faruqi dan juga Naquib al- Attas. Bagi al-Faruqi, Islamisasi ilmu pengetahuan adalah mengislamkan disiplin-disiplin ilmu atau tepatnya menghasilkan buku-buku pegangan (buku dasar) di perguruan tinggi, dengan menuangkan kembali disiplin ilmu modern ke dalam wawasan Islam, setelah dilakukan kajian kritis terhadap kedua sistem pengetahuan Islam dan Barat. Selain itu, al-Faruqi juga memberikan langkah-langkah prosedural bagi terlaksanya program Islamisasi ilmu. Penulis menemukan poin penting dari kajian ini bahwa pemikiran Islamisasi ilmu al-Faruqi inilah yang dikritisi oleh Sardar, menurutnya perumusan epistemologi Islam kontemporer tidak dapat dimulai dengan menitikberatkan pada disiplin ilmu yang sudah ada. Sardar mengungkapkan bahwa epistemologi Islam kontemporer dapat dirumuskan dengan dengan mengembangkan paradigma-paradigma di dalam ekspresi-ekspresi eksternal peradaban Muslim yang meliputi sains dan teknologi, politik dan hubungan-hubungan internasional, struktur-struktur sosial dan kegiatan ekonomi, pembangunan desa dan kota. Semua aspek ekspesi eksternal peradaban Muslim tersebut dapat dipelajari dan dikembangan dalam kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan dan realitas kontemporer. Dari sini Sardar sekali lagi menolak Islamisasi ilmu pengetahuan dimulai dari disiplin ilmu yang sudah ada. Hal ini karena disiplin ilmu tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam