Tradisi Ruwahan Masyarakat Melayu Palembang Dalam Perspektif Fenomenologis
Abstract
Tradisi Ruwahan merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Melayu Palembang menjelang Ramadhan tiba. Tradisi Ruwahan ini memiliki makna tersendiri yang terbentuk dari proses kesadaran dan proses konstruksinya. Untuk mengetahui proses kesadaran dan pemaknaan tersebut, artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis perspektif fenomenologis melalui teori kontruksi sosial. Proses kesadaran individu dalam perspektif fenomenologi ini terbagi menjadi tiga pola, yaitu kesadaran yang bersifat subjektif, kesadaran yang bersifat intersubjektif, dan kesadaran yang bersifat objektif. Kesadaran yang bersifat subjektif berasal dari pengalaman dan kesadaran aktor, yang dalam hal ini dilakukan oleh masyarakat Melayu Palembang yang melaksanakan tradisi Ruwahan. Kesadaran intersubjektif didapat oleh aktor memalui proses interaksi antar aktor yang memiliki pemahaman dan kesadaran yang sama. Selanjutnya kesadaran objektif didapatkan oleh aktor melalui pemahaman yang didapatnya dari faktor eksternal, misalnya pemahaman si aktor yang menganggap Ruwahan sebagai tradisi turun temurun dari nenek moyang. Dalam melihat tradisi Ruwahan yang dilakukan oleh masyarakat Melayu Palembang, teori konstruksi sosial memiliki tiga konsep penting sebagai poin analisis, yaitu proses eksternalisasi, proses objektivasi, dan proses internalisasi. Proses eksternalisasi merupakan proses penyesuaian diri seorang aktor dalam dunia sosio-kulturalnya. Proses objektivasi merupakan proses interaksi diri dengan dunia sosio-kultural. Sedangkan proses internalisasi, pelaku melakukan identifikasi diri dengan dunia sosiokultural, yakni mengidentifikasi diri dalam sebuah penggolongan sosial yang berbasis historis dan teologis-ideologi. Keyword: Tradisi, Ruwahan, Melayu, Palembang, Fenomenologis