Filsafat Nggusu Waru dalam Tradisi Lisan Bima dan Relevansinya dengan Ciri Kepemimpinan Modern

Abstract

Dalam tulisan ini dibahas relevansi isi filsafat Nggusu Waru dengan ciri kepemimpinan modern dan penyebab masyarakat Bima melupakan filsafat itu. Pembahasan ini dilakukan dengan metode semiotik. Hasil kajian menunjukkan bahwa 8 butir filsafat Nggusu Waru mempunyai nilai yang sama dengan ciri kepemimpinan modern, yaitu (1) matoqa đi Ruma labo Rasu (yang taat kepada`Allah dan Rasul) adalah sama dengan percaya kepada Tuhan yang Mahaesa, (2) maloa ro þade ‘yang pandai dan cerdas’ adalah sama dengan berwawasan luas, (3) mantiri nggahi kalampa ‘yang jujur dalam melaksanakan tugas’ adalah sama dengan kejujuran, (4) mapoda nggahi paresa ‘yang mampu menegakkan kebenaran’ adalah sama dengan adil, (5) mambani ro disa ‘yang bertanggung jawab dan berani’ adalah sama dengan berani menanggung risiko, (6) matenggo ro wale ‘sehat jasmani dan rohani serta kuat’ adalah sama dengan sehat jasmani dan rohani, (7) maþisa ro guna ’berwibawa dan sakti’ adalah sama dengan berwibawa atau berpengaruh, dan (8) londo dou taho ‘keturunan orang baik-baik’ adalah sama dengan bermoral baik. Filsafat itu tidak lagi populer karena masyarakat Bima kurang apresiatif terhadap tradisi lisannya.