“Bue-Bue” : Representasi Kehidupan Masyarakat Bajo di Sulawesi Tenggara

Abstract

Makalah ini bertujuan untuk mengungkapkan makna yang terkandung dalam lirik “bue-bue”. Makna lirik bue-bue dalam masyarakat Bajo akan diungkapkan melalui proses kajian hermeneutik Ricoeur. Proses itu dapat mengupas secara saksama perihal kehidupan sosial budaya masyarakat tersebut sebagai komunitas pelaut yang hingga kini masih akrab dengan kemisteriusannya. Isi yang terdapat dalam lirik “bue-bue” menyiratkan makna yang dapat merepresentasikan konstruksi realitas dan identitas dalam kehidupan masyarakat suku Bajo, khususnya di Sulawesi Tenggara. Pada intinya, “bue-bue” dalam kehidupan masyarakat Bajo dipandang sebagai sebuah medium untuk mempertahankan kearifan lokal yang terdapat dalam lingkungan masyarakat pelaut tersebut. Menyangkut “bue-bue”, ada satu hal pokok yang mesti dipahami yaitu mengenai keberadaan jenis sastra lisan ini di tengah masyarakat penuturnya. Keberadaan “bue-bue” dalam kenyataan kian hari kian terancam akan ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya. Kurangnya kepedulian masyarakat setempat terhadap kelestarian suatu tradisi lisan menjadi faktor utama terhadap ancaman tersebut. Bajo sebagai masyarakat pelaut yang memiliki kecenderungan terpinggirkan oleh masyarakat yang lain dapat menjadi salah satu pemicu yang mempercepat hilangnya tradisi lisan tersebut. Oleh karena itu, kekhawatiran akan musnahnya penanda identitas budaya masyarakat Bajo sebagai salah satu bentuk “local genius” patut untuk segera diatasi.