Analisis Wacana Kritis dan Studi Bahasa Kritis dalam Pengajaran BIPA
Abstract
Kerangka kerja analisis wacana kritis (AWK) relevan untuk pendekatan kritis terhadap studi bahasa—yang dikenal dengan studi bahasa kritis (SBK). SBK merupakan satu sumbangan penting dalam pendidikan dan pembelajaran bahasa yang mulai terkenal sekitar tiga dekade yang lalu. Relevansi AWK dengan SBK terletak pada orientasi atau pandangan terhadap bahasa dalam pendidikan dan pembelajaran bahasa (R. Fowler, et., 1979; M. Pecheux, 1982; J. Mey, 1985; N. Fairlough, 1989).Dalam AWK, setiap wacana memiliki tiga dimensi: merupakan teks bahasa lisan maupun tertulis; suatu interaksi antar-orang—yang melibatkan proses produksi dan interpretasi teks (praktik kewacanaan); dan merupakan bagian dari suatu praktik atau tindak sosial. Implikasinya dalam SBK adalah bagaimana studi ini mengangkat kaidah bahasa dan praktik kebahasaan ditanamkan bersama dengan hubungan suatu praktik atau tindak sosial yang sering tidak disadari oleh kita selama ini. Studi ini pun mengkritik kecenderungan studi bahasa yang menggunakan kaidah dan praktik kebahasaan dengan begitu saja, sebagai objek yang dideskripsikan, dalam cara yang mengaburkan penanaman ideologi dan politik mereka.Makalah ini akan membahas dalam tataran ide suatu pemikiran bidang AWK dalam hubungannya dengan SBK tentang pengajaran suatu bahasa sebagai bahasa asing (N. Fairlough, 1989; C. Wallace, 1992). Masalahnya difokuskan pada pengajaran membaca dengan latar belakang seringnya pelajar BIPA dianggap rendah sebagai pembaca sehingga ada yang hilang dalam pembelajarannya. Apa yang hilang itu adalah (1) usaha mendudukkan kegiatan membaca dan teks tulis dalam konteks sosial, (2) penggunaan teks yang provokatif, (3) cara penafsiran teks yang melibatkan asumsi-asumsi ideologis serta makna proposisional.