Konservasi Nilai Budaya Indonesia melalui Bahasa Daerah

Abstract

Pendidikan seni budaya, termasuk pendidikan budi pekerti, merupakan upaya paling mendasar yang harus diterapkan kepada anak-anak generasi bangsa, karena tanpa mengenal budaya Indonesia, maka pertumbuhan generasi akan kacau di masa datang. Efek dari hal ini adalah timbulnya demoralisasi atau kemerosotan moral di masyarakat. Misalnya, dalam masyarakat Jawa, kehalusan bertutur kata yang tercermin dalam stratifikasi bahasa Jawa sudah mengalami erosi berat. Anak-anak muda tidak lagi mau dan mampu berbahasa krama dengan orang tuanya dan dengan orang lain yang lebih tua sebagai wujud adanya rasa hormat. Apalagi pada era globalisasi saat ini, identitas budaya pribumi (lokal) dan budaya nasional makin musnah, tergerus oleh budaya global atau kultural dunia barat. Kecintaan budaya lokal dan nasional sangat penting demi kemajuan bangsa. Akar dan keberagaman budaya lokal dan nasional tersebut akan mampu mengikis masuknya budaya global yang negatif. Tidak hanya itu, perspektif budaya lokal akan mampu menyatukan komponen bangsa menuju keberhasilan pembangunan. Perangkat dan pengaruh globalisasi terhadap budaya dan seni masyarakat akan memudarkan aktivitas seni dan budaya lokal. Seni budaya lokal dan nasional yang sangat positif sangat perlu diterapkan menjadi materi pendidikan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, upaya peningkatan dalam menanamkan kecintaan terhadap budaya daerah dan nasional diterapkan di sekolah dengan berbagai kompetisi, kreativitas lomba budaya daerah terutama melalui lembaga-lembaga pendidikan formal dan non formal. Agar  pemilik dan penutur asli bahasa daerah sadar tentang begitu besar dan pentingnya fungsi bahasa daerah, perlu diupayakan peningkatan mutu pemakaian bahasa daerah, mencakup upaya meningkatkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan berbahasa daerah melalui jalur formal—pendidikan dan pengajaran di sekolah dan jalur informal--dengan memfungsikan bahasa daerah dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.