Sastra Suluk Jawa Pesisiran: Membaca Lokalitas dalam Keindonesiaan

Abstract

Sastra Suluk sebagai salah satu jenis karya sastra Jawa pesisiran mengandung ajaran kerohanian tasawuf atau bernuansa tasawuf yang berupa petunjuk tentang keyakinan, sikap, tata cara yang dilakukan seseorang untuk mengenal hidup kesejatian di hadapan Sang Maha Pencipta atau untuk mencapai posisi sedekat-dekatnya dengan Tuhan. Secara umum studi sastra suluk diarahkan untuk mengangkat salah satu warna kebudayaan kerohanian bangsa. Pengangkatan nilai-nilai budaya lama lewat studi karya sastra suluk akan memberikan manfaat bagi masyarakat dalam rangka memepertahankan jati diri ketimuran. Dikatakan demikian, karena pada saat ini peradaban global yang sudah tidak lagi kenal batas-batas ruang waktu, tidak hanya menyajikan unsur-unsur positif bagi pemikiran dan kemajuan umat, tetapi juga menawarkan filsafat materialisme dan skularisme yang sangat membahayakan bagi kehidupan ketimuran yang menjunjung nilai-nilai agama dan filsafat ketuhanan. Globalisasi dalam hal ini tidak menawarkan kebudayaan, tetapi menawarkan sebuah peradaban. Lebih lanjut, pemahaman dan pengenalan terhadap nilai-nilai budaya masa lampau yang terdapat dalam naskah suluk bukan saja merupakan modal utama bagi pembangunan nasional yang diamanatkan oleh GBHN, melainkan juga memberikan informasi mengenai berbagai aspek kehidupan masyarakat masa lampau, seperti sosial, politik, ekonomi, dan budaya.Corak keberagaman Islam tersebut lebih jauh akan memberikan inspirasi dan sekaligus menggerakkan kehidupan kebangsaan Indonesia. Dengan kata lain corak keberagamaan Islam tersebut mewarnai konsep berpikir masyarakat Indonesia.