Demokrasi Dan Etnisitas: Studi Politisasi Kelompok Etnik Pada Pemilihan Walikota/ Wakil Walikota Jambi Tahun 2013

Abstract

Sistem politik Indonesia yang telah mengalami pelbagai perubahan sejak runtuhnya rezim Orde Baru di bawah Soeharto menunjukkan terjadi pergeseran kekuasaan dari pemerintah pusat ke masing-masing daerah. Pergeseran ini membuka peluang bagi kelompok etnik untuk memainkan peran dalam merebut kekuasaan tersebut. Beberapa peristiwa perebutan kekuasaan yang mengandalkan sentimen etnik terjadi di banyak tempat. Pertanyaan pentingnya apakah pergeseran kekuasaan dengan mengandalkan sentimen etnis juga terjadi di Kota Jambi?Penelitian ini memberi catatan bahwa tidak selalu sentiment primordial bisa diandalkan untuk memperoleh dukungan politik seperti yang dijelaskan dalam teori Jame S Scout seperti terlihat di bawah. Sentimen primordial bekerja di daerah tertentu, tapi tidak bekerja di daerah yang lain. Struktur masyarakat Kota Jambi yang sangat heterogen memberi peluang hilangnya sekat-sekat sosiologis yang membuat satu etnis berjarak dengan etnis yang lain. Di Jambi, persoalan asimilasi etnisisitas sudah berjalan cukup Panjang, bahkan sepanjang sejarah berdirinya Jambi seperti yang terungkap dalam BAB II.Hasil penelitian ini juga memberikan penjelasan bahwa demokrasi yang tidak menjadikan sentimen primordial berdasarkan etnis sebagai sumber dukungan, bisa menunjukkan kualitas demokrasi yang lebih terbuka dan aman. Hampir tidak ada konflik berarti yang menimbulkan keributan besar yang mengiringi hajatan pemilihan Walikota Jambi tahun 2013 lalu.