KENAKALAN REMAJA DAN RELIGIUSITAS: MENGUATKAN METAL REMAJA DENGAN KARAKTER ISLAMI
Abstract
Fokus kajian artikel ini menitikberatkan pada kajian pentingnya pembentukan karakter dalam diri remaja. Hal ini berangkat dari kenyataan bahwa banyak saat ini bentuk kenakalan remaja begitu beragam, bahkan ada yang mengarah pada tindak kriminal. Penelitian ini hendak mencari jawaban apakah tentang pola pembentukan karakter remaja dengan nilai-nilai religius dari perspektif Islam. Penelitian ini juga menguatkan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat korelasi antara nilai religiusitas dalam diri ter hadap kenakalan remaja. Dari penelitian ini dapat digambarkan bahwa usia remaja merupakan usia yang rapuh terhadap pengaruh, baik pengaruh internal dalam diri mapun pengaruh ekternal dari lingkungannya. Pengaruh tersebut bisa berdampak negatif terhadap diri siswa bila tidak diingi dengan penanaman nilai-nilai religius. Karakter yang paling dasar yang harus ditanamkan dalam diri remaja ialah adab atau akhlah, kemudian di susul dengan pengetahuan, dan dilanjutkan dengan penanaman nilai budipekerti sesuai dengan ajaran Islam, seperti kemandirian, amanah, santun, dermawan, optimisme, toleransi dan rendah hati. Remaja juga perlu dibiasan melakukan pebuatan yang mencerminan nilai-nilai karakter religius seperti menolong sesama, peduli lingkungan, gotong royong, dan lain sebagainya. Penanaman nilai-nilai budipekerti berdasarkan nilai Islami ini perdilakukan dilakukan secara formal maupun non formal agar terserap dengan baik oleh setiap remaja. ABSTRAC: The focus of the study of this article focuses on the study of the importance of character formation in adolescents. This departs from the fact that many forms of juvenile delinquency are so diverse, some even lead to criminal acts. This study sought to find answers to whether the pattern of formation of adolescent characters with religious values from an Islamic perspective. This study also corroborates the results of previous studies which stated that there is a correlation between the value of self-religiosity towards juvenile delinquency. From this study it can be described that adolescence is a fragile age to influence, both internal influences within oneself and external influences from the environment. These influences can have a negative impact on students if they are not desired by planting religious values. The most basic character that must be instilled in adolescents is adab or akhlah, then followed by knowledge, and continued with the cultivation of cultural values in accordance with Islamic teachings, such as independence, trustworthiness, courtesy, generosity, optimism, tolerance and humility. Adolescents also need to be encouraged to carry out actions that reflect the values of religious characters such as helping others, caring for the environment, mutual cooperation, and so forth. The cultivation of cultural values based on Islamic values carried out in formal and non-formal ways so that each teenager is well absorbed.