REPRESENTASI BERITA PENISTAAAN AGAMA DALAM MEDIA MASSA DI INDONESIA
Abstract
This article wants to see how the representation of mass media in Surakarta, namely Solopos and Joglosemar, in the case of the establishment of Religion by Basuki Cahaya Purnama (Ahok). The method used is Theo van Leuwen's critical discourse analysis which focuses on how actors are inclusion and exclusion in media news. The results of this study explain that: (1) Pos Solo sided with Ahok. Ahok is excluded (omitted, blurred from narrative text) when it comes to negative information and vice versa, inclusion (made clear) if positive news information for Ahok. (2) Joglosemar also seems to support Ahok. Joglosemar uses exclusion and passivation techniques. The use of these two techniques is done while giving "profit" to Ahok. (3) there are three factors that influence framing, construction and media representation that make the media appear to support Ahok, namely: 1). The Surakarta factor as the basis of the nationalist party, Factor Joko Widodo (Jokowi), Factor of media owners. These factors ultimately impacted on the news related to the blasphemy case carried out by Ahok where the media tended to defend Ahok. AbstrakArtikel ini ingin melihat bagaimana representasi media massa di Surakarta, yaitu Solopos dan Joglosemar, pada kasus peninstaan Agama oleh Basuki Cahaya Purnama (Ahok). Metode yang digunakan adalah analisis wacana kritis Theo van Leuwen yang fokus pada bagaimana para aktor di-inklusi dan eksklusi dalam berita media. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa: (1) Solo Pos berpihak pada Ahok. Ahok di-eksklusi (dihilangkan, diburamkan dari teks naratif) ketika menyangkut informasi negatif dan sebaliknya, di-inklusi (dibuat terang) jika informasi berita positif untuk Ahok. (2) Joglosemar terlihat juga mendukung Ahok. Joglosemar menggunakan teknik eksklusi dan passivasi. Penggunaan kedua teknik ini dilakukan selama memberikan "keuntungan" kepada Ahok. (3) ada tiga faktor yang mempengaruhi framing, konstruksi dan representasi media yang membuat media terlihat mendukung Ahok, yaitu: 1). Faktor Surakarta sebagai basis partai nasionalis, Faktor Joko Widodo (Jokowi), Faktor pemilik media. Faktor-faktor ini pada akhirnya berdampak pada berita yang terkait dengan kasus penodaan agama yang dilakukan oleh Ahok dimana media cendrung membela Ahok.