IMPLEMENTASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK MULIA BAGI ANAK PANTI ASUHAN DI KOTA MAKASSAR
Abstract
Penelitian terhadap Panti Asuhan dianggap penting untuk dilakukan karena dengannya dapat diketahui efektivitas pembinaan anak-anak panti, dan berbagai kendala yang dihadapinya, serta solusinya dalam upaya pembentukan akhlak. Manajemen sarana dan prasarana merupakan kendala utama yang dihadapi panti asuhan di Kota Makassar. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian panti asuhan masih menempati rumah kontrakan padahal tempat tinggal merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan. Di samping itu, manajemen keuangan juga menemui hambatan kurangnya perhatian dan bantuan dari pihak pemerintah terkait, seperti Pemerintah Kota (Pemkot) melalui Dinas Sosial, dan dinas lain yang terkait, serta donatur tidak tetap. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga kategori pola pendidikan pada panti asuhan, yakni pendidikan otoriter, demokratis dan permisif, tetapi yang paling dominan adalah pendidikan demokratis. Pola pembinaan akhlak mulia bagi anak panti asuhan di Kota Makassar dapat tercapat dilihat dari ouput berupa akhlak mulia bagi anak panti asuhan, berbeda dengan anak lain yang ada di luar panti asuhan. ABSTRACTThe research about orphanage is considered important to do because it can comprehend the effectiveness of orphans development, the obstacles faced by the orphanage as well as the solutions in an effort of moral formulation. The infrastructure management is a major challenge facing by the orphanage in Makassar. The fact shows that some orphanages are still occupying the rented house when shelter is a primary need in life. In addition, financial management also encounters obstacles the lack of attention and support from the relevant goverment such as city goverment through social services, other related agencies, and aslo from unfixed donors. This research shows that there are three categories of education pattern of the orpahanage, namely, authoritarian, democratic, and permissive, but the most dominant is democratic education. The pattern of moral building for orphans in Makassar can be regarded successful if those orphans are more noble compared to other children who live outside the orpahanage.