HMI, CAK NUR DAN GELOMBANG INTELEKTUALISME ISLAM INDONESIA JILID 2

Abstract

Artikel ini menjawab pertanyaan bagaimana posisi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi mahasiswa Islam tertua di Indonesia dan kaitannya dengan fenomena kegairahan intelektualisme Islam. Munculya gelombang baru intelektualisme Islam di Indonesia ditujukan dengan yang disebut sebagai “kelompok pembaruan pemikiran Islam” di Indonesia. Gerakan ini muncul merupakan respons Islam terhadap gagasan modernisasi di tanah air. Atau fenomena tersebut merupakan respons intelektual kaum Muslim terhadap situasi sosio-historis yang melingkari kehidupan bangsa Indonesia saat itu. Dalam mencermati perjalanan sejarahnya yang telah melampaui usia setengah abad, dinamika HMI adalah sebuah catatan yang berkembang, dan diyakini sebagai salah institusi yang telah memainkan peran fungsional-historisnya dalam mozaik sejarah perjuangan Indonesia. Peran-peran historis yang telah secara inheren melekat dalam tubuh HMI semestinya menjadi energi gerak dalam satu misi besar: transformasi sosial menuju Indonesia baru dengan visi intelektualisme Islam yang kompatibel. Untuk mengantisipasi perubahan masyarakat yang cepat, maka upaya-upaya mengubah orientasi, cara-pandang, metode, paradigma, dan gerak juang HMI, dengan sendirinya menjadi sebuah kemestian sejarah, khususnya dalam “membayangkan” masa depan bangsanya.ABSTRACTThis article answers the question of how the position of the Islamic Student Association (HMI) as an oldest Islamic student organization in Indonesia and its relevance to the phenomenon of Islamic intellectual excitement.  The emergence of a new wave of Islamic intellectualism in Indonesia is marked by the so-called “group of Islamic thought reform”. Its presence is a response to the idea of modernization in Indonesian country. In other words, the phenomenon is a response of Muslim scholars to social and historical atmospheres encircling the Indonesian life at that time.  By looking at its historical path that has exceeded the age of half a century, HMI's dynamics is a growing record and is believed as an institution which has played its functional and historical role in mosaic story of Indonesian struggle. These historical roles that have been inherently embedded in the body of HMI should be the energy of motion in one tremendous mission; social transformation toward new Indonesia with compatible vision of Islamic intellectualism. To anticipate rapid social changes, HMI’s efforts of changing orientations, perspectives, methods, paradigms, and also struggle moves become a historical necessity, particularly in “reflecting” the future of the nation.