INDAHNYA KEBERSAMAAN [Sebuah Ikhtiar dalam Membangun Kampus Bertaqwa Untuk Membawa Berkah (BERUBAH) dalam Perspektif Hadis]

Abstract

Islam adalah agama kebersamaan. Ajakan agama untuk hidup bersama dilandasi oleh posisi, kedudukan dan kapasitas manusia sebagai makhluk sosial. Salah satu upaya yang efektif dalam memperkukuh kebersamaan adalah kesadaran untuk mengembangkan dialog secara intensif di kalangan anggota masyarakat, baik antara satu individu dan individu lain, maupun antara satu kelompok dan kelompok lain dalam suatu masyarakat. Kebersamaan dalam Islam disebut dengan al-jama’ah. Makna al-jama’ah dalam hadis dari 171 kali penyebutannya, dapat dikategorisasikan –untuk sementara sebagai kajian awal—dalam empat hal, yakni kebersamaan dalam ibadah, kebersamaan merupakan sumber rahmat, kebersamaan merupakan sumber berkah dan kebersamaan melahirkan ‘tangan’ [kekuasaan dan pertolongan] Allah. Kebersamaan merupakan sumber rahmat dari Allah swt., karena rahmat-Nya hanya terdapat pada mereka yang menyebarkan rahmat di muka bumi. Mereka dapat membangun hidup dengan kebersamaan jika tidak ada kebencian dan kecemburuan dalam dada mereka, yang ada hanyalah kasih sayang di antara mereka. Kebersamaan akan melahirkan kebaikan-kebaikan sebagai implikasi dari saling menghormati, saling membantu, saling merasakan dan saling menghargai di antara anggota masyarakat. Prinsip dan karakter seperti ini harus dimiliki oleh setiap orang agar tercipta sebuah kerukunan dalam berinteraksi secara horizontal. Kebersamaan dapat dibangun jika masing-masing individu memiliki sikap untuk saling memberi pertolongan. Pertolongan kepada sesama manusia akan melahirkan pertolongan dari Allah swt. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah, Nabi bersabda, ‘Allah akan selalu memberi pertolongan kepada seseorang selama ia memberi pertolongan kepada saudaranya [sesamanya]. Ungkapan Nabi di atas menunjukkan bahwa pertolongan Allah akan datang melalui kerjasama antara manusia. Sebagai makhluk sosial, seseorang harus sadar bahwa ia tergantung kepada pihak lain, di mana kebutuhannya tidak dapat terpenuhi melalui usahanya, usaha kelompoknya bahkan usaha bangsanya sendiri. Hidup hanya mungkin dan nyaman apabila dibagi dengan orang lain, sehingga masing-masing berperan serta dalam menyediakan kebutuhan bersama.