FASHION, KARISMA DAN SUARA ULAMA: MEMBACA GAYA DAKWAH KIAI SHALIH DARAT
Abstract
<p><em>Kiai Shalih Darat merupakan tokoh pembaru dakwah Islam di Nusantara Akhir Abad 19. Tulisan ini berusaha mengkaji lebih dalam gaya dakwahnya berbasis pada tiga poin gagasannya tentang mekanisme dakwah, yakni; fashion, karisma dan suara ulama. Tiga poin ini di ulas lebih dalam kemudian dicari relasi dan makna secara integral dari ketiganya. Hasilnya, dalam berdakwah, Kiai Shalih berusaha memopulerkan Islam melalui simbol fashion sebagai medianya. Fashion merupakan wujud ekspresi kesuksesan atau kekayaan seorang ulama yang mencerminkan independensi ulama dalam kehidupan profan. Dari sini, Fashion kemudian dijadikannya sebagai simbol pembeda, role model sekaligus ekspresi kritik. Fashion, menurutnya, menjadi basis dari munculnya karisma seorang ulama dalam ruang sosial yang penuh dengan persoalan kompleks di dalamnya, terutama ekonomi. Selanjutnya, karisma memiliki andil besar terhadap keefektifan fatwa atau suara ulama yang diproduksi dan disebarkan di masyarakat. Dari tiga poin ini, dapat dipahami bahwa gaya dakwah Kiai Shalih tidak hanya menekankan pada strategi atau cara dalam mentransmisikan keilmuan Islam, proses intensifikasi keakraban dalam relasi pemimpin dengan masyarakat menjadi ciri khasnya dalam berdakwah. Proses ini dicapainya melalui pengadaan sikap responsif terhadap struktur nalar dan kebutuhan masyarakat. Gaya dakwahnya bisa dikatakan sebagai upaya menampilkan wajah Islam yang responsif terhadap keadaan sosial di sekitarnya. </em></p><p><strong><em>Kata Kunci: </em></strong><em>Kiai Shalih, Dakwah, Fashion, Kharisma, dan Suara Ulama.<strong> </strong></em></p>