Kebutuhan Kedelai dan Kapasitas Produksi Tahu pada Pengrajin Tahu di Kabupaten Sumedang
Abstract
Kedelai merupakan salah satu komoditi pokok masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan kedelai merupakan bahan baku pembuatan tempe dan tahu yang telah menjadi menu sehari-hari masyarakat Indonesia pada umumnya. Pertanian adalah mata pencaharian utama penduduk Kabepaten Sumedang. Selain daerah ini terkenal dengan hasil padi, Sumedang penghasil palawija diantaranya kedelai yang banyak digunakan sebagai bahan baku tahu oleh sebagian besar penduduk Sumedang sebagai pengrajin tahu yang terdiri dari 232 pengrajin tahu. dari data Kabupaten Sumedang, kedelai dihasilkan pada 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Jatigeude 309 ton dan Kecamatan Surian 233 ton, jumlah kedelai yang dihasilkan Kabupaten Sumedang adalah 542 ton, melihat kebutuhan kedelai pada pengrajin tahu per bulan 630.180 kg (630,18 ton), maka produksi kedelai di Sumedang tidak mencukupiuntuk memenuhi kebutuhan bahan baku tahu per bulan. Dari 26 Kecamatan di Kabupaten Sumedang, hanya 2 kecamatan daerah penghasil tanaman kedelai, disamping rendahnya daerah penghasil kedelai, kondisi seperti ini hampir terjadi diseluruh Indonesia, hal ini terjadi dari segi persaingan pasar, ternyata harga riil kedelai impor jauh lebih murah daripada kedelai dalam produksi dalam negeri. Selama harga kedelai impor rendah, maka arus impor akan semakin tinggi, sehingga harga kedelai produksi dalam negeri akan turun, hal ini menyebabkan petani enggan untuk menanam kedelai. Penurunan harga riil kedelai menjadi disinsentif yang menyebabkan terjadinya penurunan areal kedelai.