KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA SAKINAH
Abstract
Cinta bukan kata benda, tapi kata kerja.Ursula K Leguin yang dikutip Khoiruddin Bashori dalam makalahnya mengatakan Cinta bukan separti batu, yang tiba-tiba teronggok disuatu tempat, tapi seperti roti, yang harus dibikin, dibikin lagi setiap waktu diperbaharui. Jika perkawinan diawali dengan saling mencintai, sebanarnya sudah merupakan modal yang sangat bagus, tinggal bagaimana itu terus diperbaharui, dipupuk. Istilah jatuh cinta sebenarnya kurang tepat secara psikologis. Cinta itu bukan jatuh, tapi memberi . kita tidak jatuh cinta tapi membuat cinta. Dengan kata lain kita mesti berperilaku dengan penuh cinta kasih, agar cinta dapat tumbuh subur. suami memberikan cinta kasih pada isteri ,demikian pula istri memberi kepada suami. Seperti layaknya sebuah investasi, semakin besar yang kita berikan kepada isteri/suami, semakin tebal perasaan cinta kita kepadanya. Kita tidak bisa pasif, menunggu cinta itu mekar dengan sendirinya. Agar bangunan rumah tangga itu semakin kokoh diperlukan pula berbagai upaya untuk meningkatkan kematangan emosi masing-masing, toleransi, respek, kesamaan minat dan nilai-nilai, kemampuan bertanggung jawab termasuk secara ekonomi, dan kemampuan problem solving dan penyelesaian konflik. Untuk itu sangat penting suami isteri perlu menyediakan waktu untuk berbicara dan mendengarkan apa kebutuhan diri dan pasangannya. Keluarga bahagia sejahtera biasanya terbentuk melalui beberapa tahapan, keluarga mestinya dapat dengan baik melewati tahap-tahap itu satu demi satu, namun ada pula yang tidak dapat mencapai tahap terakhir yaitu keluarga sakinah sebuah keluarga yang di inginkan semua orang yaitu sebuah keluarga yang penuh cinta kasih.