UPAYA KREATIF SYAHRUR DALAM RANGKA MENGEMBALIKAN POSISI POLIGAMI SEBAGAI PROBLEM SOLVER (Pendekatan Linguistik)

Abstract

This paper discusses about Syahrur’s linguistic approach on verse polygamy interprretation, there are 3 assumptions with this approach. First, there is no synonym (muradif) in Arabic. then he explore the text from etymology to morphology and redefines texts. Secondly, Syahrur rejects the idea of ??atomization (ta'diyah), even he interprets each verse of the Qur'an based on the assumption that each verse belongs to a single unit within a larger unitary entity in kitab. This method is called intratextuality method. Third, the syntagmatic-Paradigmatic he used is as the weapon in searching the meaning that existed in a text editor. The use of this analysis is helpful in shaping the formulation of different legal results from synchronous;; searching for the structural relation of each element of language until Syahrur's attempt to trace the root of the word in the verse or called diakronis. the first result of the conclusion according to Syahrur is polygami depend on him that the solution of social problems is not the arena of the fulfillment of biological needs. Polygamy is considered a means to provide protection for widows who have orphans. Because of the rules that the second, third and fourth wives of a widow who has orphans. The second result is justice according to Syahrur is not fair to wives but children (children of husbands with orphans of married women). Tulisan ini membahas pendekatan linguistik Syahrur pada ayat poligami, ada 3 pijakan Syahrur pada pendekatan ini. Pertama, tidak ada sinonim (muradif) dalam bahasa Arab, maka ia melakukan pembongkaran dari etimologi sampai morfologi dan meredefenisi teks. Kedua, Syahrur menolak pendapat tentang atomisasi (ta’diyah), maka ia menafsirkan masing-masing ayat Al-Qur’an berdasarkan asumsi bahwa masing-masing ayat dimiliki oleh sebuah unit tunggal dalam sebuah kesatuan unit yang lebih besar dalam al-Kitab. Metode ini dinamakan metode intratekstualitas. Ketiga, analisis Sintagmatik-Paradigmatik, digunakan Syahrur sebagai senjatanya dalam mencari dan mengejar makna yang ada pada sebuah redaksi teks. Penggunaan analisis ini sangat membantu syahrur dalam merumuskan hasil hukum yang berbeda dari mulai sinkronis; mencari relasi struktural tiap unsur bahasa sampai upaya Syahrur untuk melacak akar kata kunci dalam ayat tersebut atau disebut diakronis. Dampak dari pendekatan linguistik Syahrur pada ayat poligami adalah bahwa poligami adalah solusi permasalahan sosial bukan ajang pemenuhan kebutuhan biologis. Poligami dianggap sebagai sarana untuk memberi perlindungan bagi janda-janda yang mempunyai anak yatim. Karena syarat bagi pelaku poligami untuk mengambil istri kedua, ketiga dan keempat seorang janda yang memiliki anak yatim. Dan berlaku adil menurut Syahrur bukanlah berlaku adil kepada istri-istri melainkan anak-anak (anak-anak suami dengan anak-anak yatim dari wanita yang dinikahi).