PLURALISME DAN DIALOG ANTAR AGAMA
Abstract
Kemajemukan atau yang lebih dekat dengan sebutan pluralisme, di satu sisi menjadi khazanah budaya bangsa yang terus haras terjaga. Jika agama merupakan bagian dari khazanah budaya bangsa dengan nilai-nilai keberagamaan pemeluknya masing-masing, maka sisi lain harus diwaspadai adalah konflik atau ketegangan yang terjadi akibat persentuhan antara nilai-nilai suatu agama dengan nilai-nilai agama lain yang sangat dipengaruhi oleh individu-individu pemeluk masing-masing agama. Dalam hal ini terdapat kecenderungan penganut masing-masing agama untuk memuliakkan bentuk-bentuk tertentu dari agamanya sehingga agama itu menjadi tertutup atau yang kita kenal dengan sikap keberagamaan yang ekslusivistis, dimana hubungan timbal balik antara agama dan situasi sosialnya menjadi macet dan tidak harmonis, padahal agama berbubungan dengan sesuatu yang dianggap ilahi atau mutlak, dengan sendirinya agama itu mestinya memandang dirinya sendiri (dengan segala ajaran, upacara, perilaku keagamaan pemeluknya, dan lain-lain) sebagai hal yang bersifat lelatif dan tidak mutlak.