Penerapan Al-Amr, Al-Nahy dab Al-Ibahah Sebagai Kaidah Penetapan Hukum

Abstract

Syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw berupa Alquran dan sunnah, dapat dipahami melalui ilmu ushul fiqhi dan bahasa Arab. Untuk memahami syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw, ulama ushul fiqh mengajukan dua bentuk pendekatan, yaitu melalui kaedah-kaedah kebahasaan dan melalui pendekatan maqashid al-syari’ah. Tujuan pembahasan ini, adalah untuk memahami cara penetapan hukum dari syariat Islam sesuai dengan ibadah yang telah ditetapkan oleh ulama ushul dan ulama fikih dalam memahami nas-nas Alquran dan Sunnah. Adapun kegunaannya adalah, dengan memahami kaedah-kaedah yang berkaitan dengan al-amr, al-nahy dan al-ibahah tersebut, diharapkan dapat lebih mudah mengetahui hukum yang terkandung dalam Alquran, khususnya berkaitan dengan metodologi berfikir. Hasil yang diperoleh akan sesuai dengan ketentuanoperasional, yaitu : wajib, sunat, haram, makruh dan mubah. Al-amr adalah bentuk perintah yang mengandung tuntutan untuk melaksanakan suatu perbuatan. Namun perlu adanya pemahaman jika al-amr tidak diikuti qarinah lain yang dapat mengalihkan kandungannya, maka ia bersifat wajib mutlak. Tetapi jika ada qarinah lain, maka makna hukum menjadi lain. Makna hakiki al-nahy adalah haram. Tetapi bila ada qarinah yang lain, maka maknanya menjadi lain. Al-Ibahah dapat diketahui melalui pemahaman nas-nas syarak.