POLITIK PENCITRAAN DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI ISLAM

Abstract

Abstrak: Disadari atau tidak, politik pencitraan menjadi pragmentasi yang sering dilakoni partai politikpeserta pemilu. Pragmentasi itu menguat seiring dengan berubahnya wajah perpolitikan Indonesia kepadasistem politik multi partai. Di tengah-tengah masyarakat yang masih lekat pengetahuannya pada partailama, partai-partai baru yang bermunculan berupaya meaih simpatisme masyarakat dengan membangunpolitik pencitraan agar mereka dapat diterima masyarakat dengan baik. Partai-partai baru tak terkecualipartai politik berbasis Islam, menampilkan berbagai macam wajah, yang kesannya sebagai katalisatorpositif untuk politik pencitraan. Komunikasi dalam perspektif Islam, harus dilaksanakan dengan mengedepankanprinsip-prinsip kebaikan, kejujuran dan kebenaran. Dalam literatur komunikasi Islam, ada beberapa prinsipkomunikasi Islam yang lazim dipahami, yaitu:1. Qaulan sadida; 2. Qaulan baligha; 3. Qaulan ma’rufa; 4.Qaulan karima; 5. Qaulan layinan; 6. Qaulan maysura. Dua dari 6 prinsip komunikasi yang dilakukan,menjadi hal utama yang harus diperhatikan dalam proses politik pencitraan politik. Pertama,qawlan Sadida(berkata dengan benar dan jujur). Pencitraan dari perpektif terminologi ini, harus dilakukan dengan menjunjungtinggi kejujuran dan kebenaran. Islam memandang komunikasi harus dilakukan denggan benar, faktual,dan tidak mengandung unsur rekayasa atau memanipulasi fakta. Kedua,qawlan ma’rufan (perkataan yangbaik). Qawlan ma’rufan sebagaimana dijelaskan Ilaihi dapat diartikan sebagai ungkapan atau ucapanyang pantas dan baik. Politik pencitraan dari perspektif komunikasi Islam harus dilakukan sesuai denganprinsip-prinsip komunikasi Islam, yaitu memberikan pesan sesuai dengan fakta dan tidak dimanipulasi.Politik pencitraan dalam pandangan Islam menekankan pada unsur pesan (message), yakni risalah ataunilai-nilai yang disampaikan harus sesuai dengan ajaran Islam, cara (how) penyampaiannya juga mengandungkejujuran, gaya bicara yang digunakan harus santun dan menjunjung etika.Kata Kunci: politik, pencitraan, komunikasi Islam