ETNIK TIONGHOA DIBANDAR RAYA MEDAN: KAJIAN TENTANG PANDANGAN MEREKA TERHADAP AGAMA ISLAM

Abstract

Sumatera Utara, di bandar raya Medan orang-orang Tionghoa ditemukan pertama kali pada abad ke-15. Kedatangan mereka dimulai ketika armada perda-gangan Cina mengunjungi pelabuhan di Sumatera Timur, dan melakukan hubu-ngan dagang dengan sistem barter. Hubungan ini terus berlanjut, sampai akhi-rnya sebagian pedagang Cina tersebut menetap dan bertambah populasinya di Sumatera Timur. Masyarakat Tionghoa mereka mendiami bandaraya Medan dalam pengembangan ekonomi dan mereka menguasai ekonomi Indonesia secara nasional. Akan tetapi bagi Tionghoa Muslim tidak mampu menata eko-nomi yang lebih baik dibanding dengan saudara mereka yang masih menganut agama selain Islam.Hingga saat ini, agama Islam tidak dan belum menarik bagi masyarakat etnis Tionghoa karena dalam pandangan mereka, agama Islam identik dengan kemunduran, kemalasan, kebodohan, kekumuhan, pemaksaan dan kekerasan (radikal dan teroris). Padahal agama Islam sudah masuk ke Tiongkok sebelum agama Islam masuk ke Indonesia. Bahkan, oleh sebagian ahli sejarah masuk-nya Islam ke Indonesia tak luput dari peran saudagar muslim Cina yang merapat di kepulauan Indonesia. Banyak gendala yang dihadapi oleh Tionghoa muslim ketika mereka beradaptasi dengan masyarakat pribumi dan sipat mereka lebih banyak eklusif dalam bersosialisasi dan sebagian masyarakat pribumi mereka dangkal terhadap pemahaman agama Islam.