PEMIKIRAN ISLAM TERHADAP GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN (STUDI PEMIKIRAN DAN MODEL PEMBERDAYAAN NYAI DI PONDOK PESANTREN NURUL JADID PAITON)

Abstract

Abstrak Berdasarkan penelitian peneliti sebelumnya, ada beberapa model pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh para bu Nyai (panggilan bagi isteri kyai di lingkungan pondok pesantren), khususnya di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo. Seperti, mereka terlibat melatih para wali santri puteri di lingkungan pondok pesantren, mendesain (non-participant) budaya berbasis gender dalam pembelajaran di pondok pesantren, serta terlibat aktif (full-participant) untuk menyadarkan model kehidupan berbasis gender di bagi santri puteri. Hari ini, beberapa model peran pemberdayaan itu bertambah; tidak sekedar tiga model terbatas teritorial di atas. Lebih dari itu, para bu nyai di lingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton juga terlibat pada aktivitas social, ekonomi, dan politik masyarakat luas. Untuk mencapai tujuan pemberdayaan tersebut, tentunya, membutuhkan banyak pendekatan yang baru; mulai dari penyadaran terhadap masyarakat tentang pentingnya gender, perlakukan setara terhadap perempuan, dan bagaimana cara mengoptimalisasi kekuatan serta kebersamaan yang dimiliki perempuan. Keberadaan tulisan ini adalah untuk menjabarkan bagaimana model-model pemberdayaan baru yang dilakukan para Bu Nyai di lingkungan Pondok Pesantren. Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo. Apa persepsi yang mereka yakini tentang gender, serta bagaimana model penyampaian yang efektif untuk membentuk kesadaran gender di luar pondok pesantren berdasarkan pada nilai-nilai gender yang mereka pahami. Selain itu, penulis juga akan melakukan analisis problem terhadap perbedaan pandangan Bu Nyai yang terjadi di lingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, terkait gender dan Islam.      Kata kunci: Islam, Gender, Nyai, dan Pembedayaan Perempuan   Abstract Of my research before, there are some models of empowerments women which are articulated by Nyai (Kyai’s wife term in Pesantren), especially at Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, such are; training for student mother/parent around pesantren and designing a gendered culture and teaching-learning process inside pesantren, and giving social life experiences for women student. Nowadays, the types of empowerments were enriched, not only on three models above, but also social reconstruction, conflict resolution, economic and political contestation based on gender coalition. To do these processes, there was no easy ways except they must face unequal treatment of women in social life. So that, they had to change the normal paradigm and build the new approach to empower women outside Pesantren. This article aims to describe what paradigm they made, to reconstruct gendered stance of Islamic teaching and what model of social development approach they used, in order to make common understanding on political and social process outside Pesantren. I will discomposes Nyai of Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton to three levels understanding of feminist tradition based on their conclude concept of gender. In other word, not all nyai of Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, extend their empowerment approach outside pesantren.   Keywords; Islam, Gender, Nyai, and Women Empowerment