PENGELOLAAN SENTRA INDUSTRI KERAJINAN BLANGKON DAN EFEKNYA BAGI MASYARAKAT KAMPUNG BUGISAN

Abstract

Kampung Bugisan in town of Yogyakarta is an area that is quite well-known as the center of the Blangkon craft industry. However, there is an assumption that the local government has not wholeheartedly provided an affirmative program for crafts that have long been carried out by the community. Through the absurd basic assumptions, this article would like to describe the management of the Blangkon craft industry center and its effect on the lives of the people of Kampung Bugisan. Because this article is a development of field research, I tries to narrate the facts using a qualitative approach. Data collection techniques are carried out by interview, observation and documentation. All data are seen as validity of the data and analyzed through the process of reduction data, display data, and conclusion drawing. The results of this study indicate that the emergence of the center of the Blangkon craft industry in Kampung Bugisan originated from individuals who later developed into group activities. The raw materials used are Batik cloth, drill cloth, cardboard paper or ‘kloso’, sewing thread and patchwork. The production process through several stages including preparing materials and tools, making ‘congkeng’, mewiru, making Blangkon or mblangkon, and finishing. The marketing of Blangkon handicrafts in Kampung Bugisan is done by selling at Beringharjo Market, and with online media. The positive impact of the Blangkon business in Kampung Bugisan is the creation of jobs, absorbing workers, the emergence of new craftsmen, and increasing income. But there is also another aspect that might be a challenge for the activists of the Blangkon craft industry, which is creating increasingly fierce competition and changing people’s lifestyles.[Kampung Bugisan Kota Yogyakarta merupakan kawasan yang cukup terkenal sebagai sentra industri kerajinan Blangkon. Namun ada asumsi yang muncul bahwa pemerintah daerah belum sepenuh hati memberikan afirmatif program bagi kerajinan yang sudah sejak lama dilakukan oleh masyarakat. Melalui asumsi dasar yang absurd maka artikel ini hendak mendeskripsikan pengelolaan sentra industri kerajinan blangkon dan efeknya bagi kehidupan masyarakat Kampung Bugisan. Oleh karena artikel ini pengembangan dari penelitian lapangan, penulis mencoba menarasikan fakta yang ada dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Semua data dilihat validitas datanya dan dianalisis melalui proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa munculnya sentra industri kerajinan Blangkon di Kampung Bugisan berawal dari individu yang kemudian berkembang menjadi kegiatan kelompok. Bahan baku yang digunakan adalah kain batik, kain drill, kertas karton atau kloso, benang jahit dan kain perca. Proses produksinya melalui beberapa tahap diantaranya menyiapkan bahan dan alat, membuat congkeng, mewiru, membuat blangkon atau mblangkon, dan finishing. Pemasaran kerajinan blangkon di Kampung Bugisan dilakukan dengan menjual di Pasar Beringharjo, dan dengan media online. Dampak positif adanya usaha Blangkon di Kampung Bugisan adalah terciptanya lapangan pekerjaan, menyerap tenaga kerja, munculnya pengrajin baru, dan meningkatkan penghasilan. Namun juga ada aspek lain yang kiranya menjadi tantangan bagi para pegiat industri kerajinan Blangkon, adalah menciptakan persaingan semakin ketat dan mengubah gaya hidup masyarakat.]