DUALITAS MAKNA SHADHDHAH DALAM NOMENKLATUR QIRA‘AT: Sejarah dan Perkembangannya dalam Qira‘at Shadhdhah
Abstract
Tulisan ini bermaksud mengkaji kesejarahan qiraat, khususnya qiraat<em> sy</em><em>ā</em><em>zzah</em>. Qiraat <em>sy</em><em>ā</em><em>zzah</em> disinyalir muncul pada masa Khalifah Usmān bersamaan dengan adanya <em>mu</em><em>ṣḥ</em><em>af </em><em>‘</em><em>usm</em><em>ā</em><em>n</em><em>ī</em>. Kendati demikian, ketika itu belum ada istilah <em>sy</em><em>ā</em><em>zzah</em> itu sendiri. Baru pada masa Ibn Mujahid, istilah<em> sy</em><em>ā</em><em>zzah</em> mapan digunakan dalam disiplin ilmu qiraat sebagai lawan dari qiraat sab’ah. Dari hal ini, muncul pertanyaan, apa istilah yang digunakan sebelum masa Ibn Mujahid? Bagaimana wujud atau cara mengidentifikasi qiraat <em>sy</em><em>ā</em><em>zzah</em>? Bagaimana para ulama merespon istilah<em> sy</em><em>ā</em><em>zzah</em> yang dipopulerkan Ibn Mujahid? Oleh karena itu, kajian ini signifikan tidak hanya untuk melihat kekayaan pendapat Ulama, namun menandakan adanya <em>contiu and cange</em> dalam wilayah pemikiran qiraat<em> sy</em><em>ā</em><em>zzah</em>. Keragaman pendapat mengerucut pada adanya pergeseran dalam penggunaan istilah <em>sy</em><em>ā</em><em>zzah</em> yang bersifat kuantitas menjadi kualitas, yang berawal dari sedikitnya yang membaca menjadi <em>da’if.</em>