PROBLEM SUBJEKTIFITAS DALAM TAFSIR BI AL-MA’TSUR, TAFSIR BI AL-RA’YI, DAN TAFSIR BI AL-ISYARAH

Abstract

<p><em>Subjektivitas adalah salah satu faktor penyebab terjadinya kesalahan dalam penafsiran. Untuk menghasilkan penafsiran yang benar, sang penafsir harus membuang jauh-jauh unsur subjektif dirinya. Pertanyaannya, mungkinkah dalam proses penafsiran sang penafsir dapat membuang unsur subjektif dirinya? Bukankah dalam proses penafsiran, unsur subjektif sang penafsir tidak bisa dilepaskan dari diri sang penafsir itu sendiri? Jika demikian halnya, bagaimana mengatasi dilema subjektivitas (yang menjadi penyebab kesalahan, di satu sisi, dan menjadi unsur tak terpisahkan, di sisi lain) ini dalam penafsiran? </em></p><p><em>Untuk menjawab dilema ini, satu hal perlu ditegaskan, subjektivitas penafsir pasti ada dalam proses penafsiran, namun tidak semua subjektivitas itu menjadi penyebab kesalahan. Subjektivitas yang menjadi penyebab kesalahan adalah subjektivitas yang tidak lagi menghiraukan rambu-rambu penafsiran yang sudah digariskan para ahli tafsir, subjektivitas yang berusaha menaklukkan nash di bawah kepentingan pribadi atau mazhabnya. Namun, jika subjektivitasnya masih mengikuti<strong> </strong>kaidah-kaidah penafsiran yang disepakati para ulama tafsir disertai niat ijtihad mencari kebenaran, maka subjektivitas macam ini adalah subjektivitas yang dibenarkan<strong>. </strong></em></p><p><strong><em> </em></strong></p><p><strong>Kata kunci: </strong><em>subjektifitas penafsir, dilema subjektifitas, subjektifitas penyebab kesalahan dan subjektifitas yang dibenarkan.</em><strong> </strong></p>