POLITIK HUKUM PENGATURAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN KEPALA DESA

Abstract

<p align="center"><strong>ABSTRAK</strong></p><p align="center"><strong> </strong></p><p><em>Pada jurnal ini, penulis mengangkat permasalahan mengenai politik hukum pengaturan penyelesaian perselisihan hasil pemilihan Kepala Desa. Konstitusi telah menyatakan Indonesia sebagai negara Hukum. Konsekuensi logis dari negara hukum adalah adanya separation of power. Teori pemisahan kekuasaan ini dikenal dengan trias politika. Kemudian konstitusi juga mengatur bahwa negara mengakui keberadaan masyarakat hukum adat (termasuk desa) beserta hak-hak tradisionalnya, termasuk hak asal usul. Pengakuan ini disebut dengan Asas Rekognisi. UU Desa manyatakan penyelesaian perselisihan hasil pemilihan Kepala Desa diselesaikan oleh Bupati dan Walikota. Menjadi pertanyaan apakah penyelesaian perselisihan hasil pemilihan Kepala Desa telah sesuai konstitusi khususnya hak asal usul dan teori trias politika ?. Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan, sejarah dan konsep. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa politik hukum pengaturan penyelesaian perselisihan hasil pemilihan Kepala Desa tidak sesuai dengan konstitusi dan teori trias politika.</em></p><p><strong><em>Kata Kunci</em></strong><em>: Politik Hukum, Pemilihan Kepala Desa, Trias Politika, Hak Asal Usul.</em></p><p align="center"><strong> </strong></p><p align="center"><strong>ABSTRAK</strong></p><p align="center"><strong> </strong></p><p><em>In this journal, researcher raised issue </em><em>about</em><em> the legal politics of the dispute</em><em> resolutions</em><em> over the Village Head</em><em>s </em><em>election result</em><em>s.</em> <em>The State of Indonesia is a state based on the rule of law</em><em>.</em> <em>The consequence of the rule of law  is the existence of a “separation of power”.</em> <em>Theory of separation of powers is also known as trias politica. The constitution also regulate that the state recognizes the existence of </em><em>the homogeneity of societies with customary law</em><em> (including village) along with their traditional rights, including the “asal-usul right”. This recognition is called Recognition Principle.</em> <em>The Village Law (UU Desa) declared that </em><em>dispute</em><em> resolutions</em><em> over the Village Head</em><em>s </em><em>election result</em><em>s to be solved by the Bupati and the Mayor. It is a question of whether the dispute resolution over the election result has been in accordance with the constitution, especially the “asal-usul right” and the theory of trias politica. This research is normative juridical research with statute aproach, historical aproach and conceptual aproach. The result of this research indicates that the legal politics </em><em>of the dispute</em><em> resolutions</em><em> over the Village Head</em><em>s </em><em>election result</em><em>s is not in accordance with constitution and trias politica theory.</em></p><p><em> </em></p><p><strong><em>Key words</em></strong><em>:</em><em> Legal Politics</em>, <em>Village Heads Election, Trias Politica, Asal-Usul Rights</em><em>.</em><em></em></p>