MENCERMATI PILIHAN RAKYAT ANTARA POPULARITAS DALAM INTEGRITAS SEMU

Abstract

Popularitas tampaknya telah menjadi salah satu perhatian tersendiri ditengah keterbukaan informasi saat ini. Populer dianggap menjadi salah satu bagian dari sukses, baik kalangan Politisi, Selebriti, Bisnisman, Enterpreneur, pekerja, bahkan pelajar dan akademis. Dibidang politik, banyak partai politik di Indonesia saat ini yang melihat popularitas sebagai “magnet” dalam mengangkat elektebilitas partainya. Boleh jadi ini jugalah yang melatar belakangi orang-orang dari berbagai kalangan, kini seakaan berlomba mengejar popularitas. Bahkan walaupun harus dengan "menghalalkan" segala cara. Termasuk melakukan hal-hal yang kontroversial atau "nyeleneh". Lalu apakah popularitas saat ini masih menjadi faktor utama dalam menentukan pilihan rakyat, ditengah derasnya akses informasi media massa saat ini? Bagaimana pula jika Popularitas dicapai dengan integritas semu? Masihkah berdampak positif pada pilihan dan minat rakyat? Bagaimana pula fenomena terbaru ditengah masyarakat yang kian cerdas menyikapi popularitas dalam integritas semu saat ini? Meskipun diawal-awal reformasi teori jarum hipordemik tampak begitu perkasa mempengaruhi masyarakat- yang konon dinegara-negara maju sudah lama ditinggalkan-dimana popularitas menjadi faktor utama. Masyarakat tampaknya sudah mulai belajar, dari kasus-kasus popularitas dalam integritas semu. Salah satunya, kasus Bupati Ogan Ilir, dan kasus-kasus korupsi yang menimpa kepala daerah lainnya. Artinya masyarakat secara umum sudah mulai kritis, dimana popularitas dalam elektabilitas calon kepala daerah tidak lagi menjadi penentu utama pilihan rakyat.