Perkembangan dan Tantangan Sosial Kehidupan Perempuan Salafi di Kalimantan Selatan
Abstract
One important aspect of the Salafi movement is their view of women's position. This purification movement attempts to restore the female khittah as the very symbolic early era of the Islamic Prophethood. Bringing women back into the house, wearing burkas and long robes, a very strict muhrim system, and full adherence to husbands and total sacrifice to the family. This paper attempts to show how the lives of Salafi women in South Kalimantan, especially with regards to their positions and roles in the family and social environment. In the early part, it will be shown how the women became acquainted with Salafism, and then involved, struggle to defend Salafi ideology that is puritanical, asocial and typical Arabism amid pessimism of South Kalimantan society, including how the conflict they encounter in the big family, dilemma in carrying out career and conflict at work. In the end, this article also showa how effort of Salafi women reconcile the conflicts while building social relationships with their surroundings. On the other hand, they keep trying to maintain the purified ideology they believe to be true, behind the burka and the cloak covering their bodies.Keywords: Salafi Women, Burka, Ideology, Banjarmasin Salah satu faham penting dalam gerakan Salafi adalah ideologi mereka tentang posisi perempuan. Gerakan purifikasi ini mencoba mengembalikan khittah perempuan seperti era awal kenabian yang sangat simbolik. Membawa para wanita kembali ke dalam rumah, mengenakan burka dan jubah, sistem muhrim yang sangat ketat, dan ketaatan penuh terhadap suami dan pengorbanan total terhadap keluarga. Tulisan ini mencoba menunjukkan, bagaimana kehidupan perempuan perempuan Salafi di Kalimantan Selatan, terutama berkaitan dengan posisi dan peran mereka dalam keluarga dan lingkungan sosial.Pada bagian awal, akan diperlihatkan bagaimana perempuan-perempuan tersebut berkenalan dengan Salafisme, lalu kemudian melibatkan diri, turut membangun dan ikut berjuang mempertahankan ideologi Salafi yang puritan, asosial dan khas Arabisme di tengah pesimisme masyarakat Kalimantan Selatan, termasuk didalamnya bagaimana konflik yang mereka temui dalam keluarga besar, dilema dalam menjalankan karir dan konflik dalam pekerjaan.Di bagian akhir, akan ditunjukkan pula bagaimana usaha para wanita Salafi dalam merekonsiliasi konflik sekaligus membangun hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya, sementara di sisi lain tetap berusaha memelihara ideologi purifikasi yang mereka yakini benar, dibalik burka dan jubah yang meliputi mereka.Kata Kunci: Perempuan Wanita Salafi, Burka, Ideologi, Banjarmasin