MEMBANGUN EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI; (Intervensi Psikologi Mufassir)

Abstract

Jika kita telusuri literature – literature ‘ulu>m al-Qur’a>n maka kita sering mendapati bahwa epistemologi tafsir sufi lahir dari nafas sufisme. Namun demikian epistemologi sufi yang digunakan dalam penafsiran al-Qur’an tidak dapat lepas dari faktor kejiwaan. Hal Ini ditunjukkan dengan produk penafsiran yang berupa identitas perlambangan (alegorasi) ayat-ayat Al-Qur’an dalam bentuk metafora jiwa suci yang diorientasikan menuju eksistensi Yang Maha Suci. Pengembangan struktur jiwa dalam sufi terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang kemudian digunakan untuk mengelaborasi makna di balik teks. Menariknya, kejiwaan para sufi yang dikelola melalui latihan-latihan olah jiwa (riya>d}ah) kurang disentuh dan dikritisi sebagai sebuah bentuk epistemologi. Selain proses pengalaman kejiwaan, dalam memahami kalam ilahi para sufi tidak terlepas dari kaidah linguistik serta makna lahiriah dari ayat-ayat dan susunan gramatika. Mereka menjelaskan ayat dengan menembus batas-batas makna teks dan menyelami makna ayat dengan pengalaman dan doktrin mereka. Proses jelajah dan eksplorasi yang tertimbun dari makna lahir dalam studi ilmu tafsir masuk pada kajian takwil. Konsep umum tentang takwil dalam perspektif sufi merupakan pendekatan yang menanjak/transendensi/ s}u’u>di>, mengambil emanasi dari tanzi>l (ayat-ayat ilahiah) yang bercorak menukik (imanensi/nuzuli).