Pesantren Salafiyah dan Responnya di Era Globalisasi

Abstract

<p class="Affiliation">Penelitian ini bersifat kualitatif yang bersumber pada pemikiran para ahli melalui buku, jurnal dan lainnya melalui pendekatan normatif, filosofis dan sosiologis. Penelitian ini hendak menggambarkan bagaimana pesantren yang memiliki santri 1.800.00 lebih menyiapkan diri di era globalisasi yang penuh dinamika dan tantangan. Pesantren salafiyah lahir di era Walisongo di masa penjajahan Belnda. Lembaga ini didirikan oleh masyarakat yang saat ini sudah menyebar ke seluruh pelosok Indonesia. Dari jumlah santri 29.000 dari jenis kombinasi, modern dan salafiyah, jumlah 18.232 pesantren salafiyah dengan santri 1.8 juta lebih dari 3.800.000 lebih. Di pesantren ini santri hanya belajar ilmu agama melalui kitab-kitab ulama klasik (kitab kuning) tidak mempelajari sains seperti MIFA. Pesantren ini sedang menghadapi fenomena globalisasi. Globalisasi ditandai oleh hubungan manusia yang tidak terbatas, melalui faksimil,, manusia mendapat informasi dari tempat yang sangat jauh baik informasi yang menyedihkan seperti perang tentara amerika dengan tentara Irak serta tentara ISIS yang membumihanguskan peninggalan bersejrah masa keemasan Islam. Majunya teknologi di era globalisasi menjadi tantangan pendidikan pesantren. Produks pesantren salafiyah harus menyiapkan dirinya dengan ilmu agama, non agama dan skill dan sudah mengenal alat-alat teknologi pembelajaran di pendidikannya, dengan demikian santrinya siap berkompetsi di era globalisasi ini, untuk itu lembaga ini harus dikelola secara profesional.</p><p class="Affiliation" align="left"><strong><em>Kata kunci</em></strong><em>: Pesantren Salafiyah, Globalisasi, IPTEK</em></p>