NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KONSEP EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT

Abstract

Pendidikan di Indonesia diharapakan mampu membentuk dan menyiapakan manusia kreatif, produktif, dan berkepribadian luhur, namun proses pendidikan di Indonesia masih terjebak pada pola orientasi kognitif yang terlalu menekankan arti penting nilai akademik, kecerdasan otak atau IQ saja. Konsep Emotional Spiritual Quotient dari Ari Ginanjar Agustian merupakan respon sekaligus kritik terhadap konsep Emotional Quotient karya dari Daniel Goleman dan Spiritual Quotient hasil karya Ian Marshall dan Danah Zohar. Konsep Emotional Spiritual Quotient dari Ari Ginanjar Agustian merupakan respon sekaligus kritik terhadap konsep Emotional Quotient karya dari Daniel Goleman dan Spiritual Quotient hasil karya Ian Marshall dan Danah Zohar. Banyak contoh di sekitar kita bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak saja, atau banyak mempunyai gelar yang tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Bahkan seringkali yang berpendidikan formal lebih rendah ternyata banyak yang berhasil. Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecenderungan akal (IQ), padahal yang diperlukan sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi yang kini telah menjadi dasar penilaian baru. Saat ini begitu banyak orang yang berpendidikan dan tampak begitu menjanjikan, namun karirnya mandek, atau lebih buruk lagi, tersingkir akibat rendahnya kecerdasan hati nurani mereka. ESQ berusaha mengembangkan potensi dasar manusia melaui konsep Zero mind proses, Mental Building, personal strength dan social strength.