INTEGRASI SAINS DAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF EPISTEMOLOGI KEILMUAN ISLAM KONTEMPORER

Abstract

Artikel ini membahas tentang bagaimana pandangan epistemologi keilmuan Islam kontemporer memandang integrasi sains dan agama, dimana wacana ini saat ini menjadi topik yang banyak diperbincangkan para peneliti dan para ahli, bahkan perguruan tinggi keagamaan Islam di Indonesia juga berusaha membuat model integrasi sains dan agama sebagai visi dan misi, dan jargonnya. Dalam kerangka pengembangan epistemologi Keilmuan di dunia Muslim, review ulang epistemologi sains di Barat juga penting untuk terus dicermati sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Thomas Kuhn (teori normal science dan revolutionary science) yang mengkritisi logical positivism. Demikian pula telaah sintesis terhadap rasionalisme dan empirisisme dari mazhab Kantian; model deconstruction Derrida; telaah tentang episteme dari Foucoult; wacana tentang adanya hegemoni kekuasaan (model Gramsci) terhadap perjalanan ilmu; maupun aspek kritisisme dari Habermas. Kesemuanya itu dapat memperkaya wacana dialektis antara agama dan sains di masa depan. Suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan epistemologi keilmuan dalam dunia muslim, analisis Ian G. Barbour tentang upaya pengembangan dialog maupun integrasi antara agama dan sains dapat kita lakukan. Hal ini digunakan sebagai studi perbandingan terhadap teori Islamization of knowledge ala Faruqian dan Naquibian, maupun teori scientification of Islam model Fazlur Rahman (Rahmanian). Demikian pula dimensi spirituality of science sebagaimana yang ditawarkan Seyyed Hossein Nasr.