Implementasi Model Pendidikan Pondok Pesantren Di Panti Asuhan Puteri Aisyiyah Slawi Kabupaten Tegal

Abstract

AbstractThe background of this research by orphanages using pesantren education system. This research used descriptive type of qualitative analysis approach. The research findings were that providing education orphanage's daughter Aisyiyah Slawi used modern boarding school education model. Orphanages also used pwsantren model of school that carry out 24 hours of education. Provision of education were classified into three namely informal and non-formal education and formal. Content of curriculum were taught the Qur'an, Hadith, Aqeedah, Fiqh, recitation, and morality. Implementation of this education model schools still faced problems such as; First, the child can not fully implement the activities as scheduled. limited salary for Ustadz/ ustadzah (teachers). Third, the limited funds for the procurement of the facilities, appropriate boarding school program. Fourth, not all administrators to participate actively in accordance duties. Fifth, not all officials understand the educational model boarding school.AbstrakPenelitian ini dilatar belakangi oleh panti asuhan yang menggunakan sistem pendidikan pesantren. Penelitian ini mengunakan jenis kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Temuan penelitian adalah penyelenggaraan pendidikan panti asuhan puteri aisyiyah Slawi ini mengunakakan model pendidikan pondok pesantren modern. Panti asuhan menggunakan model pendidikan pesantren yakni melaksanakan pendidikan 24 jam. Penyelenggaraan pendidikan diklasifikasikan menjadi tiga yakni pendidikan informal dan nonformal dan formal. Mapel yang diajarkan mengikuti kurikulum pesantren yakni qur’an, hadist, aqidah, fiqih, tajwid, dan akhlaq. Penerapan model pendidikan pesantren ini masih menghadapi hambatan-hambatan diantaranya; pertama, belum seluruhnya anak dapat melaksanakan kegiatan yang sesuai yang dijadwalkan. Kedua terbatasnya dana insentif untuk ustad / ustadzah. Ketiga, terbatasnya dana untuk pengadaan fasilitas / sarana, sesuai program pondok pesantren. Keempat, tidak semua pengurus ikut aktif sesuai tugasnya. Kelima, tidak semua pengurus memahami model pendidikan pondok pesantren. Model; Pendidikan; Pondok Pesantren; Panti Asuhan