HADIS MUTTAFAQ `ALAIH DALAM KITAB RIYÂDH AL-SHÂLIHÎN

Abstract

Dalam kajian ilmu hadis riwayah perbedaan redaksi hadis merupakan hal yang sangat diperhatikan dan para ulama hadis sepakat menganggap dua riwayat yang berbeda redaksinya sebagai dua hadis.t Mereka tidak memperbolehkan mengubah redaksi hadis di satu kitab dengan menambah atau mengurangi satu kata maupun satu hurufpun dengan tetap menisbatkan hadis itu kepada kitab tersebut. Oleh karena itu mestinya hadis muttafaq `alaih yang terdapat dalam kitab-kitab himpunan hadis benar-benar redaksinya terdapat dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim . Apabila suatu hadis yang disebut muttafaq `alaih redaksinya tidak bisa ditemukan pada sumber aslinya dengan redaksi yang sama, maka pencantuman hadis itu merupakan pelanggaran kode etik periwayatan hadis. Hal terakhir ini terjadi pada hadis “Innamâ al-a`mâl bi al-niyyât” pada awal kitab Al-Arba`în al-Nawawiyyah dan kitab Riyâdh al-Shâlihîn karya Al-Nawawi (w. 676 H). Temuan ini menjadi alasan cukup kuat untuk meneliti lebih lanjut hadis-hadis muttafaq `alaih di dalam Riyâdh al-Shâlihîn mengingat dalam kitab ini jumlah hadis muttafaq `alaih mencapai sekitar separoh dari jumlah hadis yang tercantum di dalamnya, yaitu sekitar 900 hadis dari 1800 hadis. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa teks hadis-hadis muttafaq `alaih dapat diklasifikasi menjadi tiga, yaitu hadis yang benar-benar sama dengan teks hadis dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim , hadis yang hanya sama dengan salah satunya atau merupakan kutipan darinya, dan hadis yang berbeda sama sekali dengan keduanya. Maka dengan penelitian ini diharapkan dapat ditemukan kasus hadis muttafaq `laih katagori ketiga yang bervariasi dan merupakan pelanggaran kode etik periwayatan hadis yang dilakukan penulis Riyadh al-Shalihin. Meskipun demikian temuan ini dapat dijadikan bahan perumusan kriteria hadis muttafaq `alaih selain dua kriteria yang sudah disepakati.Dengan ditemukannya rumusan kriteria-kriteria hadis muttafaq `alaih katagori ketiga dalam kitab Riyadh al-Shalihin, maka akan dihasilkan teori baru bagi kajian hadis muttafaq `alaih yang selama ini tidak pernah dipersoalkan dan dipertanyakan. Teori tersebut pada gilirannya dapat mempermudah para penulis karya ilmiah dalam merujuk hadis muttafaq `alaih kepada sumber primernya.