Seni Ukir , Limbuk dan Cangik Tenggelam dalam Budaya Pop di Jepara
Abstract
Perjalanan seni ukir di Jepara merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk diangkat dalam cuture study. Kehadiran seni ukir yang lazim juga disebut kriya mengalami perjalanan yang melewati beberapa masa pemerintahan, yaitu mulai dari masa pemerintahan yang dipimpin oleh tokoh wanita Ratu Kalinyamat, R.A. Kartini dan dilanjutkan pada masa orde baru yang melibatkan Ibu negara yaitu Ibu Tin Soeharto. Karya yang diciptakan pada masa lalu merupakan karya kriya yang memiliki falsafah yang kental dengan budaya Nusantara, terutama budaya Jawa yang merupakan budaya adi luhung.Pada ujung perjalanan kriya ukir pada umumnya orang menyebut seni ukir masuk dalam era globalisasi. Adanya era globalisasi mengakibatkan terjadinya krisis moneter pada kisaran tahun 1990-an hingga 2000. Krisis moneter mengakibatkan pemutusan atau pengurangan tenaga kerja dimana-mana, hampir disetiap negara di dunia. Namun berbeda dengan Jepara, Krisis moneter memberikan keberuntungan pada masyarakat Jepara. Menurunnya nilai rupiah terhadap dolar mengakibatkan lonjakan-lonjakan ekspor ukir yang ada di Jepara dengan keuntungan yang lebih tinggi. Kebutuhan untuk mendapatakan keuntungan yang besar dan kebutuhan akan rasa seni saling berbenturan. Tak dapat dielakkan akhirnya terjadi pergulatan hingga akhirnya seni ukir terjerumus dalan gerbang budaya pop. Bukan hanya cukup sampai di sini, perjalanan kemenangan budaya pop dalam berkompetisi ternyata manpu meraih simpati masyarakat Jepara dalam dunia pewayangan.Limbuk dan cangik yang biasanya menjadi media pitutur bagi generasi muda yang ada di Jepara tak mampu membendung rayuan budaya pop.