PROBLEMA NASKH DALAM ALQURAN (KRITIK HASBI ASH-SHIDDIQIEY TERHADAP KAJIAN NASKH)

Abstract

Naskh-mansūkh merupakan salah satu ilmu dari beberapa ilmu Alquran yang dapat dijadikan sebagai ‘alat’ untuk memahami pesan-pesan wahyu Alquran. Naskh-mansūkh merupakan salah satu kajian yang sudah lama menjadi bahan perbincangan para ulama terdahulu. Akan tetapi, pembahasan terkait naskh-mansūkh ini masih menyisakan problem oleh sebagian ulama’ lain sehingga terdapat pro-kontra dalam menanggapi naskh-mansūkh itu sendiri. Selain problem pemahaman atas makna naskh, sebenarnya masih ada lagi problem yang oleh sementara ulama masih mempertanyakan akan “keberadaan” naskh-mansūkh dalam Alquran. Sebagian besar (jumhur) ulama’ meyakini adanya naskh dalam Alquran sementara sebagian kecil lainnya masih mempertanyakan keberadaanya. Sarjana Indonesia tampak ada yang ikut meramaikan perdebatan kajian naskh tersebut, sarjana itu ialah Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. Dalam menanggapi pro-kontra tersebut dengan tegas Hasbi menempatkan posisinya pada kelompok kedua. Lalu pertanyaanya bagaimanakah Hasbi, dalam pemikirannya terkait naskh dapat berkesimpulan seperti itu? Lalu bagaimanakah upaya Hasbi dalam ‘mendamaikan’ ayat-ayat Alquran yang oleh sebagian ulama mengklaim terdapat naskh dalam Alquran? Jenis penelitian ini adalah kepustakaan (literer). Penelitian ini menemukan kritik Hasbi yang menolak keras akan adanya naskh dalam Alquran. Hasbi mengemukakan argumen-argumen untuk menolak ulama yang mengakui adanya naskh, baik argumen yang berasal dari aql (rasio) maupun naql (teks). Tidak sebatas itu, Hasbi mengkompromikan ayat-ayat Alquran yang dinilai oleh sebagian ulama’ mengandung nask-mansūkh dengan metode tafsir dan takhsis. Sehingga Hasbi menegaskan tidak ada ayat yang naskh atau mansūkh di dalam Alquran.