Pola Pemberitaan tentang Teroris pada Sumatera Ekspres dan Sriwijaya Post

Abstract

Aksi yang disebut teroris, saat ini diidentikkan dengan terjadinya peristiwa pengeboman, pembunuhan dan menciptakan efek mengerikan yang luar biasa. Inti teror dimaknai sebagai upaya untuk menciptakan rasa takut dan kecemasan di masyarakat. Terjadinya fakta terorisme kemudian menjadi konsumsi oleh media massa untuk disajikan kepada publik. Memahami pola pemberitaan media massa dengan menggunakan kerangka Analisis Wacana Kritis, akan memperlihatkan bagaimana sebuah realitas dikonstruksi oleh sebuah media massa. Terlihat sebuah pola sendiri bagi media dalam menyampaikan realitas. Hal ini ditunjukkan melalui kerangka yang dipakai oleh Teun A van Dijk yaitu struktur tematik, skematik, semantik, stilistik, sintaksis, dan retoris. Masing-masing struktur ini menunjukkan bahwa Sumeks dan Sripo melakukan sebuah upaya yang bisa dikatakan sistematis dan terstruktur dengan baik. Salah satu yang menonjol adalah proses melakukan dramatisasi terhadap fakta teroris, sehingga ada unsur menyeramkan, menegangkan, dan kemudian bisa membangkitkan emosi. Hal lain adalah adanya proses menempatkan fakta bahwa teroris adalah dilakukan oleh sebagian umat Islam, sehingga kemudian label Islam sangat dekat mewarnai kegiatan terori. Kedua media massa tersebut menyajikan fakta ini dengan banyak memperkuat kondisi yang ada. Pilihan terhadap narasumber, kalimat, kata-kata, hingga photo-photo memperlihatkan bahwa ada sebuah proses konstruksi yang dilakukan oleh media massa. Terrorizing actions currently identified with the bombings, assassinations and creating tremendous chilling effect. The essence of terror interpreted as an attempt to create fear and anxiety in the community. The occurrence of the fact terrorism then be consumed by the mass media to be presented to the public. Understanding the pattern of the mass media by using the framework of Critical Discourse Analysis, will show how reality is constructed by a mass media. Seen a pattern of its own for the media in conveying the reality. This is demonstrated through the framework used by Teun A van Dijk ie thematic structure, schematic, semantic, stylistic, syntactic, and rhetorical. Each of these structures shows that Sumeks and Sripo undertake an effort that could be said to be systematic and structured. One that stands out is the process of performing a dramatization of the facts of terrorists, so that there is an element of creepy, suspenseful, and then can evoke emotions. Another thing is the process of putting the fact that terrorism is practiced by most Muslims, that Islam is very close and then label terori coloring activity. Both the mass media presents this fact with a lot of strengthening the existing conditions. The choice of the speakers, sentences, words, until the photo-photo show that there is a construction process that is performed by the mass media.