Kontribusi FIPMI dalam Mewujudkan Kerukunan Antarmazhab Islam

Abstract

Tulisan ini mengkaji mengenai terbentuknya Forum Taqrib yang lebih di kenal dengan nama Forum Internasional Pendekatan Antar Mazhab-Mazhab Islam (FIPMI) dilatarbelakangi kondisi umat Islam, khususnya Sunni dan Syiah. Tokoh printis berdirinya Forum Taqrib Borujerdi memiliki alasan yang tepat memilih tokoh-tokoh ulama al-Azhar untuk dapat diajak berkomunikasi dan dialog untuk mewujudkan ide taqrib. Hal ini disebabkan ulama al-Azhar, selain reputasi keilmuannya diakui dunia juga lebih disebabkan mereka berpikiran moderat tidak fanatik. Hampir semua tokoh yang dikaji berpikiran bahwa taqrib artinya mendekatkan umat untuk saling mengenal dan memahami, bukan memaksakan umat untuk menganut suatu mazhab. Semua tokoh juga sepakat, bahwa perbedaan antara Sunni dan Syiah, tidaklah prinsip. Meskipun ada yang menyatakan prinsip, yaitu  dalam hal imamah. Titik temu akan diperoleh, jika Syiah tidak meletakkan imamah pada tataran akidah prinsip yang dapat menyebabkan kekafiran bagi yang menolaknya. Hal ini sudah ditegaskan oleh Borujerdi bahwa masalah imamah adalah sejarah masa lalu dan tidak perlu diungkit lagi karena tidak akan ada hasilnya. Yang terpenting sekarang adalah mencari kesepakatan rujukan hukum dalam menjalani kehidupan beragama dan berbangsa ini. Borujerdi menawarkan Al-Qur’an dan Ahlulbait, karena sesuai dengan hadis, bahwa keduanya adalah sumber hukum yang tidak akan pernah terpisah. Inilah yang dipesankan dalam hadis Tsaqalain. Hadis ini disepakati oleh Sunni dan Syiah kesahihannya karena diriwayatkan dalam kitab-kitab mereka. Upaya-upaya yang dilakukan Forum Taqrib dalam mewujudkan persatuan dan perdamaian, yakni: Taqrib juga telah melakukan sosialisasi keberadaannya dengan mengadakan pertemuan-pertemuan rutin, seperti konferensi tahunan dan pertemuan berkala lainnya, serta penerbitan majalah atau jurnal. This article examines the formation of Forum Taqrib that is usual known by the name of the International Forum of Inter Approach schools of schools of Islam (FIPMI) backed the condition of Muslims, especially Sunni and Shia. Figure has pioneered the establishment of the Forum Taqrib Borujerdi had good reason choosing leaders of al-Azhar scholars to be able to communicate and dialogue to realize the idea of Taqrib. This is due to al-Azhar scholars, in addition to world-recognized scientific reputation is also more moderate-minded because they are not fanatics. Almost all the characters studied minded that Taqrib means closer people to know each other and understand, not to force people to adopt a school. All the leaders also agreed that the difference between Sunni and Shia are not the principle. Although there are states the principle, namely in terms of Imamat. The intersection will be obtained, if the Shia imamate lay not at the level of faith principles that can lead to disbelief for those who reject it. This has been confirmed by Borujerdi that the question of Imamat is the history of the past and does not need to be raised again because there will be no result. The important thing now is to find an agreement legal reference in living religious life and this nation. Borujerdi offers Qur'an and Ahlul-Bayt, because according to tradition, that both are sources of law will never separate. This is been booked in the hadith Thaqalain. This Hadith is agreed upon by both Sunni and Shia validity as narrated in their books. Efforts undertaken Taqrib Forum in bridging unity and peace, namely: Taqrib also has socialized its existence by holding regular meetings, such as annual conferences and other regular meetings, as well as the publication of a magazine or journal.