Manusia dalam berbagai Perspektif
Abstract
Abstrak: Manusia merupakan makhluk yang tidak terwujud dengan sendirinya melainkan keberadaannya ada yang menciptakan. Menurut pendapat jumhur dan hampir seluruh mufassir menyebut Adam sebagai makhluk/manusia pertama yang kemudian diikuti penciptaan istrinya (Hawa) yang kemudian berkembang biak memenuhi bumi. Al-Qur’an tidak menjelaskan secara detail dan terperinci setidaknya apa yang ada dan disinggung dalam al-Qur’an tentang wujud fisik manusia adalah kebenaran dari Tuhan yang terbukti secara ilmiah. Adapun memahami manusia secara spritual (jiwa, nafs, roh) bukanlah hal yang sederhana, bahkan amat rumit. Hingga sekarang belum ada yang bisa membuktikannya secara ilmiah selain dari gejala-gejalanya saja. Informasi tentang jiwa dan roh tersebut di dalam al-Qur’an dijelaskan dalam kadar yang berbeda. Setidaknya ada 3 hal yang menyebabkan ruh dan jiwa berbeda, perbedaan pertama, pada substansinya. Jenis dan ruh berbeda dari segi kualitas dzatnya : jiwa digambarkan sebagai dzat yang bisa berubah-ubah kualitas, naik turun, jelek dan baik, kotor dan bersih, dan seterusnya. Sedangkan ruh digambarkan sebagai dzat yang selalu baik dan suci, berkualitas tinggi. Perbedaan kedua antara jiwa dan ruh adalah fungsinya. Jiwa digambarkan sebagai “sosok” yang bertanggung jawab atas segala dzat yang selalu baik dan berkualitas tinggi, sebaliknya hawa nafsu adalah dzat yang berkualitas rendah dan selalu mengajak kepada keburukan, sedangkan jiwa adalah dzat yang bisa memilih kebaikan dan keburukan tersebut. Maka jiwa harus bertanggung jawab terhadap pilihannya. Dan perbedaan ketiga, perbedaan itu ada pada sifatnya, dimana jiwa merasakan kesedihan, kekecewaan, kegembiraan, kebahagiaan, ketentraman, ketenangan dan kedamaian. Sedangkan ruh bersifat stabil dalam kebaikan tanpa mengenal perbandingan. Ruh adalah kutub positif dari sifat kemanusiaan sebagai lawan dari sifat setan yang negatif