KOMUNIKASI PEMBELAJARAN BERBASIS AL-QUR’AN
Abstract
Komunikasi merupakan dasar eksistensi suatu masyarakat dan menentukan pola struktur masyarakat. Hubungan antar manusia dibangun atas dasar komunikasi. Dalam komunikasi manusia saling mempengaruhi, sehingga dengan demikian terbentuklah pengetahuan tentang pengalaman masing-masing orang. Komunikasi dapat membentuk manusia saling pengertian, menimbulkan persahabatan, memelihara kasih sayang, mempengaruhi sikap yang akhirnya dapat menimbulkan tindakan nyata riil. Dalam kegiatan pendidikan pada umumnya dan dalam proses kegiatan belajar pada khususnya, komunikasi merupakan salah satu faktor utama yang turut serta dalam penentuan pencapaian tujuan pendidikan, atau kata lain dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan sarana atau media dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Maka untuk mencapai interaksi belajar mengajar perlu adanya komunikasi yang jelas antara guru (komunikator) dengan siswa (komunikan). Sehingga terpadu dua kegiatan yang berdaya guna dalam mencapai tujuan pengajaran dan pendidikan dimana siswa dapat sukses dalam tugas belajarnya, begitu pula guru dapat berhasil mengajar dan mendidik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pada dasarnya motivasi belajar siswa sangat dipengaruhi adanya komunikasi guru atau pengajar. Seorang pengajar yang tidak piawai atau jarang melakukan komunikasi dengan muridnya akan atau dapat mengalami kegagalan dalam proses belajar mengajar. Pengajar adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga pengajar dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.Dalam berbagai kasus masih banyak ditemukan aktifitas belajar mengajar yang belum efektif dikarenakan faktor buruknya komunikasi di dalam dan di luar kelas. Diantaranya masih ditemukan siswa yang rendah motivasinya. Bila tengah berlangsung proses belajar mengajar banyak siswa yang mengantuk dan mengobrol dengan teman sebangkunya. Apabila diberikan pertanyaan oleh guru hanya sebagian siswa saja yang dapat menjawab, apabila diberikan kesempatan untuk bertanya hanya satu dua orang saja yang berani untuk bertanya. Menurut Luna Cahya seorang pemerhati pendidikan, bahwa disadari atau tidak, kita harus mengakui bahwa para siswa seringkali punya pandangan yang terpolarisasi terhadap cara mengajar guru-gurunya. Sederhananya, ada guru yang dipandang oleh para siswa sebagai guru yang cara ngajarnya asik, seru, mudah dipahami. Guru-guru seperti ini seringkali menjadi idola murid-murid bahkan jam pelajarannya ditunggu-tunggu oleh para siswa. Sementara itu, di sisi lain ada juga guru yang dipandang siswa sebagai guru yang cara mengajarnya membosankan, bikin ngantuk, materinya tidak menarik, dll. Dua bentuk polarisasi dari cara pandang siswa terhadap gurunya ini memang seringkali ada, bahkan bersifat kolektif. Kalau ada beberapa anak yang menganggap gurunya ini membosankan, masa satu kelas akan kompak menganggap guru tersebut membosankan.